Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Java Preanger Gunung Tilu, Kopi Nusantara Bercita Rasa Ekspor

Java Preanger Gunung Tilu, Kopi Nusantara Bercita Rasa Ekspor Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kopi Sigarar Untang, Java Preanger Gunung Tilu, Pangalengan, Kabupaten Bandung telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, dimana proses penanamannya merupakan bagian dari Tanam Paksa. Secara tidak langsung, kopi itu menjadi bagian dari sejarah Indonesia yang tidak diketahui oleh banyak orang. Biji kopi hasil panen para petani di kala itu diekspor ke seluruh dunia oleh Belanda dan sempat mendapat julukan A Cup of Java.

Jenis kopi inilah yang dihasilkan Koperasi Produsen Kopi Margamulya di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan demikian, Pangalengan bukan hanya teh, tetapi juga pusat perkembangan kopi penting dalam sejarah yakni kopi Java Preanger yang kini kembali mendunia.

Ketua Koperasi Produsen Kopi Margamulya Mochamad Aleh Setiapermana mengatakan, pihaknya bersama 200 anggota petani kopi bisa menghasilkan 100 ton biji kopi setiap musim panennya yang dimulai ketika musim kemarau.

"Dalam satu hari, buah ceri merah kopi yang diolah oleh Koperasi Produsen Kopi Margamulya mencapai 5 ton per hari," kata Pak Aleh saat di temui di lokasi Koperasi Produsen Kopi Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (11/2/2018).

Dengan hasil tersebut, kini Pak Aleh menjadi supplier kopi untuk berbagai kafe terkemuka di Indonesia, termasuk di antaranya Filosofi Kopi. Salah satu sudut pabrik pengolahan kopi di Koperasi Produsen Kopi Margamulya juga dijadikan lokasi shooting film yang sempat hit itu.

"Excelso kita ngirim juga ke sana, terus ke Filosofi Kopi, kang Rio Dewanto sering juga ke sini, home base-nya kan di sini. Kalau ke Bandung, mulai Bengras kopi, Armor kopi, MJ kopi, Serasi kopi, Aroma Kopi ya ngambil juga di sini," ucapnya.

Tidak hanya di dalam negeri, Kopi Sigarar Untang ini sudah dapat dinikmati oleh orang asing sejak Aleh mengekspor biji kopinya ke Jepang. Ekspor dilakukan melalui Perusahaan Mitsubishi Corporation. Dalam waktu dekat, biji kopinya juga akan diekspor ke Amerika Serikat sehingga prospek penjualan ke depannya akan semakin cemerlang.

"Dari total 100 ton, sebanyak 80 ton diekspor ke luar negeri. Sisanya, 20 ton untuk kebutuhan domestik. Untuk ekspor dihargai Rp135 ribu per kilogramnya, sedangkan untuk domestik setengahnya dari harga itu," ucapnya.

Ketenaran dan prospek penjualan tentunya tidak lepas dari cita rasa yang membuat kangen lidah penikmatnya. Berdasarkan hasil kompetisi dan hasil uji cita rasa di Puslitkoka Jember, kopi hasil olah biji kopi produksi di daerah Pangalengan memiliki rasa spicy khas rempah-rempah terselip di dalam setiap seruputnya bila tidak dicampur gula.

"Ada rasa pedas di ujung lidah bisa dirasakan, tapi jangan pakai gula dulu. Kita menyarankan untuk kesehatan kopi asli lah (tanpa gula)," tandas Pak Aleh.

Kini berkat keberhasilannya, Koperasi Produsen Kopi Margamulya menjadi naungan dan tempat bergantung warga sekitar untuk tetap produktif di kampung halamannya. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu lagi pindah ke pusat kota untuk mencari pekerjaan atau tak perlu lagi bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Hal ini lantaran Koperasi Produsen Kopi Margamulya memiliki omzet sebesar Rp500 juta setiap bulannya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: