Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menperin: Industri Pengolahan Logam Melonjak

Menperin: Industri Pengolahan Logam Melonjak Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengklaim pertumbuhan dan ekspor industri pengolahan logam dan mineral melonjak tajam. Ia menilai hal itu sebagai dampak dari kebijakan penghiliran industri yang didorong Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.

"Kita punya beberapa klaster industri baja. Sektor ini sebagai mother of industry. Di Cilegon misalnya, kapasitas produksi hari ini mendekati lima juta ton per tahun dan ditargetkan mencapai 10 juta ton pada tahun 2025," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (15/2/2018).

Airlangga menjelaskan Indonesia juga memiliki memiliki klaster industri baja di Morowali, Sulawesi Tengah.  "Sebelumnya, kita mengekspor yang namanya nickel ore, tetapi saat ini kita sudah memproduksi tiga juta ton nickel pig iron dan 1,5 juta ton produk tengahnya berupa stainless plat," ungkapnya. 

Selain itu, kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara akan menghasilkan nickel pig iron sebanyak 2 juta ton pada 2018. Itu artinya pada akhir tahun nanti, Indonesia akan punya baja berbasis nikel hampir 4 juta ton atau setara dengan produksi seluruh Eropa.

Tahun depan kapasitas akan dinaikkan hingga 5 juta ton. Dengan demikian, ke depan pemerintah menargetkan bisa menjadi produsen stainless steel terbesar kedua di dunia.

Airlangga menegaskan, pihaknya terus berupaya memperdalam struktur industri nasional. Tujuannya agar bisa masuk di dalam rantai pasok global. 

"Di Batulicin, Kalimantan Selatan, sedang dibangun pabrik dengan kapasitas produksi carbon steel sebesar dua juta ton. Kita lihat yang berbasis alumunium, juga akan meningkat dari produksi di Kalimantan Barat," imbuhnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri logam dasar merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi sebesar 7,05% pada kuartal IV 2017. Capaian ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,07% tahun 2017.

Di samping itu, kelompok industri logam, mesin, dan elektronik mencatatkan sebagai subsektor yang menunjukkan perkembangan investasi terbesar kedua di Indonesia, dengan kontribusi sebesar Rp64,10 triliun. 

Capaian ini di atas perolehan investasi dari industri kimia dan farmasi sebesar Rp48,03 triliun. Sementara yang tertinggi dari industri makanan sebesar Rp64,74 triliun.

Ia memastikan pemerintah terus berkomitmen menjalankan kebijakan pengembangan daya saing investasi di Tanah Air. Pemerintah juga berupaya memberikan insentif fiskal guna memberikan daya tarik bagi industri.

Misalnya, pemberian fasiitas tax allowance untuk sektor industri padat karya berorientasi ekspor. Selain itu, tax allowance sebesar 200% bagi industri yang mengembangkan pendidikan vokasi, serta tax allowance 300% bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan (R&D).

Menurut Airlangga, alasan utama mengapa investor asing berminat menanamkan investasi di Indonesia adalah potensi pertumbuhan pasar domestik serta kondisi pasar domestik. Juga tenaga kerja dengan upah yang lebih kompetitif serta adanya basis distribusi untuk industri perakitan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: