Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Buen Camino de Santiago 'Bahwa Hidup adalah Sebuah Peziarahan'

Buen Camino de Santiago 'Bahwa Hidup adalah Sebuah Peziarahan' Kredit Foto: REUTERS/Philippe Wojazer
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dengan memegangi kedua kaki yang mulai bengkak serta wajah dan tubuh yang sudah mengalami kelelahan akut setelah menempuh perjalanan panjang di hari itu, seorang peziarah asal Bandung, Jawa Barat seperti sudah kehilangan asa untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Pengusaha tekstil itu sudah membayangkan tidak akan sampai ke Katedral di Santiago de Compostela, titik akhir peziarahannya di pedalaman Spanyol. Padahal ia baru menempuh sepertiga perjalanan dari target 300 kilometer yang dipatok. Sementara, kondisi rekan-rekan seperjalanannya yang juga bos-bos perusahaan tekstil dari kota yang sama, dan seorang CEO perusahaan pangan ternama dari Jakarta pun mengalami kondisi yang sama. 

Bukan hanya kehilangan asa untuk melanjutkan perjalanan, terkadang ada juga peziarah yang kehilangan nyawa di tengah jalan karena berbagai sebab, seperti faktor iklim yang berubah drastis. Alkisah, aktor Hollywood Martin Sheen pun melakukan perjalanan peziarahan serupa di pedalaman Spanyol itu, semata untuk melanjutkan niatan sang anak Daniel yang meninggal terjegal badai di tengah perjalanan. Sebermula, Sheen hanya ingin membawa pulang jenazah putranya itu ke Amerika Serikat. Namun, di tengah kedukaan dan kegalauannya, ia memutuskan untuk melanjutkan peziarahan yang dilakukan anaknya.

Inilah bagian pembuka film The Way yang dirilis pada 2010. Dalam film itu, Sheen berperan sebagai Dr. Thomas Avery, seorang dokter spesialis mata yang sukses, namun harus menghadapi kenyataan kehilangan putranya Daniel (diperankan Emilio Esterez) yang tengah melakukan perjalanan peziarahan di dusun Pyrene, pedalaman Spanyol. Sheen memutuskan untuk mengkremasi jenazah putranya dan melanjutkan perjalanan peziarahan tersebut. Di setiap persingahan, ia menaburkan abu jenazah putranya. Hal yang menarik dalam film ini bukan hanya bagaimana Sheen melakukan perjalanan yang memperlihatkan keindahan wajah pedalaman Spanyol, tapi perjumpaan dengan sesama peziarah dari berbagai negara dengan beragam motivasi.

Martin Sheen sebagai Dr. Thomas Avery melakukan peziarahan semata untuk melanjutkan niatan almarhum putranya. Sedangkan tiga rekan seperjalanan Sheen, memiliki niatan yang juga beragam. Joost (Yorick van Wageningen), seorang warga negara Belanda yang bertubuh tambun, melakukan peziarahan semata hanya ingin terlihat lebih kurus agar mendapatkan kembali cinta sang istri. Sarah (Deborah Kara Unger), seorang warga Kanada yang berniat ingin berhenti merokok dan kabur dari sikap kasar suaminya. Terakhir Jack (James Nesbitt), seorang Irlandia yang punya niatan jadi penulis novel yang hebat, tapi belum kesampaian karena tidak pernah mulai menulis. Setiap peziarah punya niatannya sendiri. 

Novita Sutanto, seorang peziarah asal Indonesia, melakukan peziarahan serupa di pedalaman Spanyol pada Mei—Juni 2017 dan menulis sebuah artikel di laman pribadinya bertajuk 800 Kilometer Berjalan: Ziarah Pribadi Penuh Kontemplasi. Dalam catatan perjalanannya, ia menceritakan rute yang paling populer dalam melakukan peziarahan Camino de Santiago, yakni French Way yang terbentang 800 km, mulai dusun kecil di St. Jean Pied de Port di perbatasan Perancis, hingga ke kota Santiago di Spanyol. Jarak tempuhnya kira-kira sama dengan melakukan jalan kaki dari Monas di Jakarta sampai ke alun-alun Surabaya sejauh 773 km.

Bagi peziarah, bukan stempel di paspor atau sertifikat Compostela yang dicarinya. Namun, pemaknaan hidup selama melakukan perjalanan, terutama ketika sudah sampai di Katedral Santiago, tempat terbaring Santo James—salah satu murid Isa Almasih. Inilah keutamaan peziarahan yang diburu setiap peziarah umat Katolik dari segenap penjuru dunia. Bagi para bos pabrik tekstil asal Bandung, seorang CEO perusahaan pangan papan atas, dan Novita, hidup dimaknai sebagai sebuah peziarahan. Setiap individu peziarah tentulah memetik pemaknaan masing-masing. Salah satu pemaknaan yang dipetik para peziarah asal Indonesia, bahwa setiap manusia haruslah menentukan jalan hidupnya sendiri, choose your own path, bukan meniru cara hidup orang lain. Bahwa manusia memerlukan waktu teduh bersama Sang Ilahi sebagai sumber kekuatan hidup. Buen Camino de Santiago, Good way to Santiago.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel:

Berita Terkait