Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tragis, 10.000 Warga Afghanistan Tewas di 2017

Tragis, 10.000 Warga Afghanistan Tewas di 2017 Kredit Foto: Reuters/Erik De Castro
Warta Ekonomi, Kabul -

Lebih dari 10.000 warga sipil Afghanistan terbunuh atau terluka dalam aksi kekerasan tahun lalu, PBB mengatakan pada hari Kamis (15/2/2018), dengan bom dari militan menjadi penyeba utama kematian, sedangkan serangan udara oleh A.S. dan pasukan pemerintah menimbulkan korban jiwa yang terus meningkat.

Presiden A.S. Donald Trump telah menerapkan strategi A.S. yang lebih agresif di Afghanistan pada bulan Agustus lalu termasuk lonjakan serangan udara ke Militan telah menanggapi dengan serangan di Kabul dalam beberapa Minggu terakhir, dengan menewaskan hampir 150 orang.

Jumlah keseluruhan korban sipil tahun lalu sebanyak 3.438 tewas dan 7.015 terluka 9 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya. Namun angka tersebut menyoroti tingginya jumlah korban yang disebabkan oleh bom militan, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Serangan di mana elemen anti-pemerintah sengaja menargetkan warga sipil menyumbang 27 persen dari total korban sipil terutama dari serangan bunuh diri dan kompleks," PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (15/2/2018).

Serangan paling mematikan sejak misi PBB mulai merekam korban sipil pada tahun 2009 di Kabul pada tanggal 31 Mei ketika seorang penyerang bunuh diri meledakkan sebuah bom truk, menewaskan 92 warga sipil dan melukai 491 orang.

Dua pertiga dari semua korban tahun lalu ditimbulkan oleh pasukan anti-pemerintah, dengan Taliban bertanggung jawab atas 42 persen, Negara Islam 10 persen dan 13 persen disebabkan oleh unsur-unsur anti-pemerintah yang belum ditentukan.

“Pasukan pro-pemerintah menyebabkan seperlima korban sipil dengan 16 persen dikaitkan dengan pasukan Afghanistan, 2 persen ke pasukan internasional dan 1 persen masing-masing ke kelompok bersenjata pro-pemerintah dan pasukan pro-pemerintah yang belum ditentukan,” ujar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Serangan udara oleh pasukan internasional dan pemerintah menyumbang 6 persen korban sipil pada tahun 2017, dengan 295 orang tewas dan 336 terluka, meningkat 7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara, bentrokan di darat menjadi penyebab utama kedua korban sipil, jumlah korban 19 persen lebih rendah dari rekor pada 2016.

Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama dari aksi kekerasan tersebut dengan 359 wanita yang terbunuh tahun lalu, meningkat 5 persen dari tahun sebelumnya dan 865 lainnya cedera. Jumlah korban anak-anak 861 orang tewas dan 2.318 orang luka-luka 10 persen lebih rendah dari tahun 2016.

"Warga sipil Afghanistan bisa terbunuh dalam kehidupan sehari-hari mereka, ketika naik bus, beribadah di sebuah masjid, maupun ketika berjalan melewati sebuah bangunan yang menjadi sasaran tembak atau bom," ungkap Komisaris Tinggi HAM untuk Negara Bagian Zeid Ra'ad al Hussein dalam sebuah pernyataan.

"Serangan semacam itu dilarang menurut hukum humaniter internasional dan kemungkinan besar, dalam hal ini merupakan kejahatan perang. Pelakunya harus diidentifikasi dan dimintai pertanggungjawabannya," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: