Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jumlah Perempuan di Industri STEM Masih Minor

Jumlah Perempuan di Industri STEM Masih Minor Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meski prospek industri STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) cukup menjanjikan di masa depan, masih ada sejumlah tantangan dalam menarik tenaga kerja profesional perempuan untuk bekerja di industri tersebut. Hingga saat ini, jumlah perempuan dalam industri STEM masih menjadi minoritas.

Salah satu yang menjadi isu yaitu industri STEM dianggap memiliki lingkungan yang 'tidak ramah' untuk perempuan. Menurut studi dari UNESCO (2015), rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang teknik mesin terutama disebabkan oleh persepsi lingkungan kerja di industri STEM merupakan domain pekerja laki-laki yang melibatkan pekerjaan fisik dan karenanya tidak menarik bagi pekerja perempuan. 

Data terakhir (per Februari 2017) dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ada sekitar 131,55 juta pekerja yang tersedia di pasar tenaga kerja dalam negeri. Berdasarkan perbandingan gender, tingkat partisipasi perempuan sekitar 55% atau lebih rendah dari laki-laki (83,19%). Sebagai tambahan, hanya 37,4% pekerja perempuan yang bekerja di sektor formal dibandingkan pekerja laki-laki (62,6%). Khusus untuk pekerjaan di industri STEM, tercatat hanya sekitar 30% pekerja perempuan.

Walaupun jumlah persentase pekerja perempuan di industri STEM ini tergolong kecil, berdasarkan penelitian Lembaga Statistik UNESCO, angka tersebut masih lebih tinggi dari rata-rata negara-negara di Asia Tenggara yaitu sebesar 23%. Peringkat ini menempatkan lndonesia berada di depan negara-negara tetangga seperti Singapura, Laos, dan Kamboja dalam rasio perempuan terhadap pekerja laki-laki di industri STEM. Oleh karena itu, peluang meningkatkan pekerja perempuan di industri STEM masih terbuka sangat lebar. 

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Pemberdayaan Perempuan Nita Yudi menyebutkan bahwa berdasarkan data statistik yang diperolehnya menyatakan 3 dari 10 peneliti bekerja di STEM. Kemudian data statistik lainnya, menyebutkan 1 dari 5 profesional bekerja di industri STEM.

Data dari Menristek Dikti menyatakan 3 juta mahasiswa 8,9 persennya mengambil MIPA. Kemudian, 9,3 persen mengambil jurusan teknik. Sisanya mengambil jurusan yang lain. Namun, tren anak perempuan mengambil jurusan sience, teknologi, dan matematika terus meningkat.

"Ini yang menggembirakan. Tentu kita semua tahu di era digital ini, di era transformasi ini, semua pekerjaan itu membutuhkan keterampilan ICT (Information Communication Technology). Kaum perempuan harus merubah mindset-nya bahwa STEM industry ini sangat bermanfaat," papar Nita dalam acara CEO Talks "Promoting Women's Leadership in STEM Industries" di Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Sujatmiko juga mengungkapkan bahwa sejak tahun 2000 Pemerintah sudah mulai memberikan banyak sekali Undang-Undang yang pro terhadap perempuan dan kesetaraan gender.

"Pemerintah dalam hal ini sudah berupaya untuk melindungi perempuan dan anak. Kenapa perempuan dilindungi? Perempuan gunanya sudah hampir sama dengan laki-laki, 49,8 persen dari seluruh total penduduk Indonesia. Anak-anak kita yang sama juga besarnya yaitu 33 persen adalah masa depan kita. Anak dan perempuan ini memiliki strategis di masa depan. Dan itulah yang harus kita lindungi. Apakah kita mampu melindungi anak-anak kita? Tergantung pada apakah perempuan-perempuan berkualitas atau tidak," paparnya.

Sementara Perwakilan Kedutaan Besar Australia Steven mengatakan bahwa tantangan STEM dan partisipasi perempuan merupakan masalah global. Maka, yang perlu dilakukan adalah melihat peluang dari permasalahan yang ada di masyarakat. "Misalnya, kalau tidak ada kemacetan maka tidak akan ada ojek online," jelasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: