Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Garuda Indonesia Terbitkan Obligasi Global Rp10 Triliun

Garuda Indonesia Terbitkan Obligasi Global Rp10 Triliun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Garuda Indonesia Tbk berencana menerbitkan global bond atau obligasi global senilai USD750 atau Rp10,12 triliun pada tahun ini.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Helmi Imam Satriyono mengungkapkan dana hasil penerbitan obligasi global itu akan digunakan untuk pembiayaan kembali atau refinancing obligasi Rupiah yang jatuh tempo pada tahun ini.

Maskapai penerbangan milik pemerintah itu pun sudah menunjuk agen penjual atau dealer partisipan yang terdiri atas empat bank asing. "(Keempat bank itu) Standard Chartered, Deutsche Bank, ANZ, dan Bank of Tokyo Mitsubishi," Kata Helmi di Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Perseroan, lanjut dia, juga berniat menerbitkan obligasi dalam denominasi Rupiah, tetapi masih belum menentukan berapa nilainya. Tahun ini, lanjut Helmi, perseroan menargetkan laba bersih USD8,7 juta atau sekitar Rp117,45 miliar, serta pendapatan USD4,9 miliar atau Rp66,15 triliun.

Sepanjang 2017 Garuda mencatatkan kerugian USD213,4 juta atau Rp2,88 triliun berbanding terbalik dengan 2016 yang membukukan laba bersih USD9,4 juta atau sekitar Rp126,9 miliar.

Manajemen yakin, kinerja keuangan tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. "Kami berharap, tahun ini kinerja membaik. Memang, triwulan I mungkin masih ada kerugian karena masuk dalam long season. Kami ingin 2018 bisa membukukan laba," ungkap Direktur Utama Pahala N. Mansury.

Ia menyebutkan kuartal I menjadi siklus tahunan industri maskapai; jumlah penumpang turun, sedangkan tiga kuartal setelah itu diyakini bisa meraup laba. "Jadi, itu siklus tahunan, kami sudah mengantisipasi. Beberapa hal kami lakukan, penyesuaian produksi untuk bisa mengantisipasi penurunan demand dari masyarakat, kemudian juga upaya lain," papar dia.

Upaya lain yang akan dijalankan manajemen, kata dia, adalah mendorong pemasukan dari lini bisnis lain, misalnya kargo. Saat ini, perseroan memiliki pangsa pasar kargo domestik 59% dan internasional 30%. "Kita lihat, sebetulnya masih banyak potensi yang bisa dikembangkan. Tahun ini kami targetkan pendapatan kargo naik 12-15%," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: