Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

e-Commerce Dinilai Ketinggalan Zaman, Kini Saatnya Digital Commerce

e-Commerce Dinilai Ketinggalan Zaman, Kini Saatnya Digital Commerce Kredit Foto: Accenture Digital Commerce
Warta Ekonomi, Jakarta -

Accenture Digital Commerce menyebutkan, teknologi telah mengubah sektor ritel, yang kekuatannya semula berada di tangan brand kini berpindah ke tangan konsumen. Konsumen saat ini memiliki akses ke berbagai informasi sehingga terpapar pada lebih banyak pilihan. Secara signifikan, hal ini telah mengubah lansekap pasar, yang memungkinkan pesaing untuk tampil sebagai pemimpin baru.

Di tahun 2020, digital commerce kawasan ASEAN diperkirakan tumbuh secara eksponensial mencapai US$32 miliar dalam 3 tahun ke depan. Lalu, apa yang mendorong ekspansi eksponensial ini?

Demografi memainkan peran utama dalam mendorong pertumbuhan ini. Sebanyak 50% dari populasi ASEAN berusia di bawah 30 tahun dan memasuki masa potensi kemampuan belanja tertinggi mereka. Penggunaan perangkat seluler dan internet semakin meningkat tanpa henti, dengan 800 juta koneksi mobile dan 480 juta pengguna internet diperkirakan akan dicapai pada 2020. Kemakmuran yang meningkat, didukung oleh pertumbuhan PDB yang pesat melebihi 5% akan menghasilkan 70 juta rumah tangga menjadi konsumen baru.

Pemerintah di seluruh kawasan ASEAN diproyeksikan akan berinvestasi sebesar US$200 miliar antara periode 2015 hingga 2020 di bidang infrastruktur digital. Hal ini menekan sektor swasta untuk meningkatkan kemampuan digital mereka. Antara 2014 dan 2016, perusahaan-perusahaan di ASEAN menginvestasikan US$3 miliar dalam digital commerce untuk empat tahun ke depan. Jumlah ini diperkirakan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi US$10 miliar.

Perubahan Konsumen Asia

Faktor pendorong di balik semua perubahan ini terletak pada konsumen. Pola hidup di kawasan Asia semakin sibuk, konsumen ingin terbebas dari aktivitas yang memakan waktu sehingga bisa lebih meluangkan waktu untuk sesuatu yang berharga bagi mereka, misalnya, waktu bersama keluarga.

Dengan perangkat yang dilengkapi teknologi terbaik saat ini, konsumen menginginkan pengalaman layanan daring maupun offline yang lebih baik. Hampir satu dari empat pembelian daring sekarang dilakukan menggunakan ponsel pintar dan pada 2020 sekitar 65% dari semua transaksi akan dilakukan secara daring.

Jatuhnya penjualan perusahaan dengan sistem bisnis konvensional merupakan bukti bahwa pembeli sudah mulai beralih ke perangkat pintar. Konsumen mencari informasi dan membuat keputusan berdasarkan ulasan dari banyak sumber dan membandingkan harga melalui aplikasi dan situs web untuk menemukan penawaran terbaik.

Bentuk e-commerce ini diprediksi akan berubah pada 2020 seiring perkembangan teknologi untuk mempersiapkan kita menghadapi tahap berikutnya, dimana konsumen bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, bahkan sebelum mereka menginginkannya.

Pada saat itu, perpaduan Internet of Things dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) akhirnya akan membuat rumah tangga lebih cerdas (dilengkapi dengan teknologi terdepan). Perangkat rumah tangga akan mengotomatisasi seluruh proses belanja dan di saat yang bersamaan akan mengantisipasi dan mengingatkan saat persediaan makanan sudah mulai habis. Perangkat dengan bantuan suara akan memberikan prediksi dan membantu menyelesaikan pembelian melalui metode pembayaran yang lebih praktis. Hal ini karena aktivitas belanja dapat sepenuhnya diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari tanpa menggunakan waktu dan persiapan yang lama. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: