Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jalan Berkerikil Budidaya Perikanan

Jalan Berkerikil Budidaya Perikanan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Budidaya perikanan pada umumnya terbagi menjadi budidaya ikan dan udang. Masing-masing memiliki karakter bisnis dan tantangan yang berbeda. Budidaya ikan memang memiliki tantangan yang lebih berat dibandingkan dengan budidaya udang. 

Budidaya ikan terkendala infrastruktur, terutama suplai air ke dalam kolam budidaya. Selain itu, tak kalah penting tantangan pemasaran. Lokasi budidaya yang terletak jauh dari pasar membuat akses produsen terbatas. Oleh sebab itu, lahirlah selisih yang tinggi antara harga petani dengan harga pasar. Alhasil, daya saingnya kurang. Mata rantai yang terlalu panjang juga mengakibatkan biaya yang semakin tinggi untuk mencapai pasar.

Misalnya, ikan lele, nila, bandeng harga di pasar sekitar Rp25.000, padahal harga asli di petani sekitar Rp15.000. Gapnya sangat jauh, keuntungan perantara terlalu tinggi, sedangkan petani tidak. Padahal, seharusnya harga stabil sehingga akan memberikan semangat mereka untuk berbudidaya. Apabila mata rantai tersebut bisa dipotong lebih pendek, harga yang sampai di pasar akan lumayan. Hal tersebut terbukti dengan harga budidaya udang di pasar.

Central Proteina Prima sudah melakukan upaya kompetitif untuk perikanan budidaya. Contohnya, untuk ikan fillet, perusahaan melakukan pembinaan kepada petani langsung dan ikannya langsung dibeli perusahaan. Jadi, tidak ada perantaranya. Perantaranya hanya tukang panennya dan jumlahnya tidak banyak. Sang pemanen yang mengantar ke pabrik dan perusahaan yang menentukan harga. Harga tersebut berdasarkan pertimbangan memberikan keuntungan kepada petani dan perantara yang cukup. Namun, ini berlaku untuk ikan yang bisa diolah. Ikan yang yang tidak bisa diolah tetap dikuasai oleh bakul-bakul mata rantai pasok.

Berbeda dengan budidaya udang yang lebih kompetitif daripada budidaya ikan. Tantangan budidaya udang bagi industri ini adalah listrik dan irigasi. Persoalan pemasaaran hampir bisa dikatakan tidak ada. Listrik yang menghidupkan kincir di kolam.

Apabila listrik yang digunakan tersebut berasal dari PLN akan menghemat sekitar 35% biaya listrik, bila dibandingkan listrik yang dihasilkan dari genset solar. 

Dalam pemasaran, gap harga antara di pasar dan pembudidaya tidak besar. Udang biasanya penjualannya langsung ke pabrikan dan tangan kedua. Tetapi, mata rantainya tidak terlalu panjang karena berisiko rusak kalau terlalu panjang. Di industri pengolahan udang, kapasitas pemrosesan juga masih besar. Kapasitas terpasang yang terpakai masih 50%. Jadi, misalnya suplai udang naik 50% pun masih aman. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: