Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei INES, Prabowo Kian Melejit, Gatot Mulai Bayangi Jokowi

Survei INES, Prabowo Kian Melejit, Gatot Mulai Bayangi Jokowi Kredit Foto: Antara/Agus Suparto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang, diprediksi bakal sengit. Dimana pemilu 2019 hanya tinggal 14 bulan lagi. KPU sudah mengumumkan 14 partai peserta pemilu 2019 yang terdiri dari 10 partai lama dan 4 partai baru. Begitu juga figure-figur yang akan dicalonkan sebagai Capres ataupun Cawapres terus bermunculan selain Jokowi dan Prabowo.

Setidaknya ada 5 tokoh yang sudah menyatakan siap untuk menjadi Capres ataupun Cawapres. Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sudah berjalan selama 3 (tiga) tahun ini tentunya sudah dapat dinilai oleh masyarakat akan kinerja pemerintahan ini. Oleh karena ini Indonesia Network Elektion Survei (INES) mencoba mengukur respon masyarakat Indonesia terkait kinerja Jokowi-JK dan pengaruhnya terhadap Pemilu 2019.

Survei ini dilakukan pada 15-25 Februari 2018 dengan melibatkan 2.450 responden yang tersebar di 33 propinsi dengan tingkat kepercayaan 95% dan Margin Of Error -/+ 1.98%. Menurut Diriktur Eksekutif INES, H. Sutisna, saat pihaknya memberikan pertanyaan secara tiba-tiba kepada responden dengan pertanyaan "Jika pemilihan presiden dilakukan hari ini, siapakah tokoh yang akan dipilih? Maka kata dia, nama Joko Widodo hanya dipilih sebanyak 31,2 %.

Sementara Prabowo Subianto 40,2 % dan nama tokoh lainnya sebanyak 28,6 %. "Yang menarik adalah jawaban dari pertanyaan yang sama dengan mengunakan kertas kuisioner berdasarkan pada kinerja pemerintahan Joko Widodo- JK dan keadaan ekonomi, hasil jawabannya adalah lagi-lagi Joko Widodo hanya dipilih sebanyak 26,4%," tukasnya. "Yang mengagetkan justeru, Prabowo Subianto dipilih 49,2%. Nama Gatot Nurmantyo pun membayangi Jokowi dengan suara 11,9%," paparnya. 

Kemudian sisanya memilih Ahmad Heryawan 1,1%, Agus Yudhoyono 1,1%, Harry Tanoe Sudibjo 1,3 %, Zulkifli Hasan 1,1%, Muhaimin Iskandar 2,3,%, dan tidak memilih 5,6%. Adapun alasan para responden lebih memilih Prabowo Subianto, karena merasa keadaan Ekonomi Keluarga Masyarakat (EKM) hampir 63, 3 persen mengaku susah dan sulit.

"Dalam artian pendapatan yang didapat tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup mereka saat ini, sehingga ada kebutuhan-kebutuhan rumah tangga mereka yang terpaksa harus diabaikan. Misalnya kebutuhan untuk membeli susu anak-anak, pakaian dan kebutuhan lauk pauk yang disediakan seperti Ikan dan daging karena harganya mahal," paparnya. 

Sementara 28,8% kata dia, responden mengaku KEKM mereka (Pas-pasan) alias tidak ada sisa pendapatan yang bisa ditabung.Dan sisanya sebanyak 4,9% menyatakan lebih atau ada peningkatan. Responden juga mengaku kurang puas dengan kinerja Jokowi-JK dari fasilitas kesehatan, tak puas dengan tidak adanya lapangan kerja, kenaikan bbm dan TDL serta perbaikan ekonomi lainya.

Dari kinerja pemerintahan Jokowi - JK tersebut kata dia, sudah barang tentu akan punya pengaruh dengan pilihan masyarakat terhadap Parpol yang akan berlaga di Pemilu 2019. Elektabilitas Partai Politik dalam Pemilu 2019 akan dipengaruhi dengan capres yang akan di usung oleh Parpol. Hal ini tergambar dari jawaban Responden bahwa 89,8% akan memilih Parpol yang mengusung Capres yang akan dipilih. Sementara 10,2 tidak memilih Parpol yang mengusung Capres yang jadi pilihannya.

"Dari pemilih Prabowo Subianto hampir 67,4% responden akan memilih Partai yang mengusung Prabowo. Sementara hanya 23,8 persen saja dari pemilih Joko Widodo yang akan memilih Parpol yang mengusung Joko Widodo," tandasnya. Sementara 9,8 persen pemilih katanya lagi, hanya akan memilih parpol yang akan mengusung tokoh lain diluar Prabowo dan Joko Widodo.

Sementara ketika ditanya Partai Politik mana yang akan dipilih jika Pemilu diadakan hari ini, maka jawaban responden adalah sebagai berikut: "Gerindra dipilih sebanyak 27,8% , PDIP 14,4% , Golkar 12,2%, PKB 8,2%, PAN 7,2%, Demokrat 7,1%, PKS 4,9%, Nasdem 4,3%, PPP 4,1%, Perindo 3,8% Hanura 3.2%, PSI 1.2%, Berkarya 1.1%, Garuda 0.5%," paparnya.

Kesimpulannya kata dia, dalam pandangan responden kinerja pemerintahan Jokowi-JK sangatlah buruk. Jokowi -JK dianggap tidak mampu menaikkan tarap kehidupan masyarakat Indoensia kearah lebih baik. "Bahkan dalam beberapa aspek, terutama dibidang ekonomi Jokowi-JK dianggap gagal. Hal ini bisa dilihat dari semakin menurunnya daya beli masyarakat.

Trend menurunnya daya beli masyarakat ini bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja. Dengan ditandai dengan tutupnya beberapa pusat belanja masyarakat. Tapi juga dirasakan sampai ke desa-desa, dimana pasar-pasar tradisional mengalami penurunan pembeli hingga 50%," paparnya.  Disisi lain sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak dan bermartabat juga sulit ditemukan oleh sebagian besar responden.

Sedang disisi lainnya tekanan akan kenaikan TDL, BBM dan “tekanan” kepada masyarakat untuk membayar pajak semakin menyulitkan masyarakat. Sehingga masyarakat harus bersiasat menutupi kebutuhan hidup sehari-harinya. "Proyek-proyek infrastruktur pemerintahan Jokowi-JK juga tak kunjung membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Disatu sisi masyarakat sangat setuju dengan proyek-proyek ini tapi disisi lain masyarakat mengeluhkan karena tak ada imbas langsung terhadap kehidupan mereka. Apalagi masyarakat menyaksikan sendiri akan buruknya kualitas infrastruktur yang dibangun di era Jokowi ini. Hal itu terbukti dengan banyaknya rusak/robohnya infrastruktur yang sudah dibuat maupun yang masih dalam proses penyelesainan," tukasnya. 

Lanjutnya, masyarakat juga tidak puas dengan kinerja Jokowi-JK dalam pemberantasn korupsi, Hal ini ditandai banyaknya kasus OTT oleh KPK selama pemerintahan Joko Widodo. "Artinya Joko Widodo gagal melakukan revolusi mental pejabat negara untuk tidak melakukan korupsi. Masyarakat juga menilai proses pemberantasan korupsi ini tidak menyasar kepada kasus-kasus besar yang selama ini menjadi perhatian masyarakat," tukasnya. 

Ditambah lagi, dengan semakin banyaknya pejabat publik yang tertangkap tangan oleh KPK kata dia, masyarakat memandang pemerintahan Jokowi-JK tidak mampu mentertibkan anak buahnya. "Buruknya kinerja pemerintah membuat masyarakat berpaling kepada Prabowo Subianto dan partai Gerindra. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil survei, dimana elektabilitas Prabowo jauh mengalahkan Jokowi dan pesaing-pesaing lainnya," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: