Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dulu Anak Dusun, Kini Jadi Pengusaha Beromzet Rp2,4 Miliar Pertahun

Dulu Anak Dusun, Kini Jadi Pengusaha Beromzet Rp2,4 Miliar Pertahun Kredit Foto: Suksmajati Kumara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Niat dan tekad yang kuat merupakan kunci untuk membuka pintu kesuksesan.

Muhammad Rafi, pemilik sekaligus Direktur Utama PT Riau Dua Berlian, membuktikan bahwa setiap orang bisa menjadi pengusaha sukses. Pernah dipandang sebelah mata karena berasal dari dusun, ia kini sukses menjalankan perusahaan dengan pendapatan mencapai Rp2,4 miliar pertahun. Selain itu, ia mampu memperkerjakan 89 orang karyawan yang mayoritas berasal dari warga lokal.

Pria yang lahir dan besar di pinggir Sungai Kampar ini memang memiliki semangat berwirausaha yang sangat tinggi. Pada tahun 2014 ia melihat peluang usaha saat tempat kerjanya, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) melakukan pengembangan pabrik Paper Machine 3. Ia berpikir RAPP pasti membutuhkan tambahan supplier dengan adanya pabrik baru tersebut.

"Padahal, saya sudah menduduki jabatan supervisor saat itu. Pimpinan saya sampai heran. Kenapa kamu berhenti dan apa salah saya? Saya sangat betah di RAPP, tapi saya ingin mengejar cita-cita menjadi pengusaha," katanya saat ditemui di Pangkalan Kerinci, pertengahan Februari lalu.

Putusan untuk keluar dari perusahaan yang sudah menjadi tempat bekerja selama 15 tahun tentu tidak mudah. Apalagi, ia memiliki gaji lebih dari Rp10 juta perbulan yang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun, ia termotivasi untuk memulai usaha ketika melihat teman kecil yang sukses menjadi pengusaha. Profesi sebagai pengusaha bukan hanya memiliki pendapatan lebih besar, tetapi lebih bermanfaat karena bisa memberdayakan warga sekitar. Pada tahun 2014 ia memberanikan diri keluar dari RAPP. Ia mendirikan PT Riau Dua Berlian yang bergerak di bidang outsourcing services.

"Waktu keluar dari RAPP, saya dibilang gila. Tetapi, saya melihat ada peluang karena mesin di pabrik PM 3 RAPP dikerjakan secara manual. Artinya, RAPP butuh suplai tenaga kerja. Saya ikut tender dan lolos untuk menyuplai empat orang manpower di posisi tersebut," paparnya.

Pada periode awal merintis usaha, Rafi mengalami banyak tantangan dan ujian seperti pemahaman manajerial yang belum memadai, cash flow perusahaan tidak lancar, hingga permintaan tenaga kerja yang masih sedikit. Alhasil, uang tabungan selama hampir 15 tahun bekerja terus tergerus untuk menutupi biaya operasional perusahaan. Jika tak melakukan perubahan, ia akan kehabisan modal dan terpaksa menutup usaha yang baru dirintis selama empat bulan.

"Saya cerita kepada pihak RAPP karena cash flow perusahaan saya terus-menerus minus di bulan awal membangun usaha. Akhirnya, RAPP membantu perusahaan saya," paparnya.

Mitra Binaan RAPP

Bantuan terhadap Muhammad Rafi datang dari RAPP lewat program pembangunan masyarakat (community development) dan pembinaan kewirausahaan. Bantuan yang diberikan kepadanya berupa pelatihan dan pembinaan.

Selain itu, RAPP juga memberi bantuan rekomendasi untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan. Skema rekomendasi pinjaman dilakukan dengan cara menyerahkan invoice hasil transaksi yang dilakukan antara perusahaannya dengan RAPP. Invoice tersebut diserahkan kepada bank yang direkomendasikan oleh RAPP seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Jadi, invoice dijadikan semacam agunan pinjaman.

Dengan bekal pembinaan dan pinjaman usaha, Rafi mampu menambah kapasitas manpower menjadi 44 orang. Perusahaan yang ia kelola pun mampu mencatatkan peningkatan pendapatan. Hingga awal tahun 2018 ini Riau Dua Berlian sudah mampu mencetak pendapatan Rp2,4 miliar pertahun dengan 89 orang karyawan. Adapun, perusahaan meraup profit Rp480 juta pertahun.

"Alhamdulillah, saya bisa mengubah nasib lebih baik saat ini," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: