Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasokan yang Baik Akan Dorong Deflasi di Sumut

Pasokan yang Baik Akan Dorong Deflasi di Sumut Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
Warta Ekonomi, Medan -

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso mengatakan, Sumatera Utara pada bulan Februari 2018 mencatatkan deflasi 0,89% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan nasional yang mengalami inflasi 0,17% (mtm). Realisasi ini menjadi permulaan yang baik dan dapat memberikan keyakinan bahwa inflasi Sumatera Utara dapat dijaga pada kisaran sasaran inflasinya.

"Deflasi tersebut sejalan dengan pola musimannya bahkan dengan level yang lebih rendah dibandingkan historisnya (rata-rata inflasi Februari 3 tahun terakhir yang tercatat-0,17%, mtm)," katanya, kemarin.

Dengan perkembangan inflasi bulan sebelumnya (0,69% mtm), hingga Februari Sumatera Utara masih mengalami deflasi 0,20% (ytd), sementara nasional tercatat inflasi 0,79 (ytd).

"Pasokan yang membaik mendorong kelompok volatile food sebagai faktor utama deflasi di Februari 2017, mencapai3,44% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada cabai merah (21,86%, mtm), cabai rawit (17,33%, mtm), sawi hijau (15,32%, mtm), daging ayam ras (5,75%, mtm), bawang merah (5,68%, mtm) seiring dengan masuknya musim panen raya untuk komoditas tanaman pangan dan hortikultura di beberapa sentra produksi," ujarnya.

Selain itu harga ikan dencis juga mengalami penurunan harga (3,33%,mtm)  sejalan dengan cuaca yang mendukung penangkapan ikan oleh nelayan.

Di sisi lain, meredanya tekanan harga pada kelompok Administered Price(AP) juga turut mendorong deflasi yang tinggi pada bulan februari. Kelompok APtercatat mengalami deflasi 0,08% mtm, terutama didorong oleh penurunan tarif angkutan udara seiring dengan berakhirnya musim liburan tahun baru.

"Sementara itu, komponen inti justru mencatatkan inflasi sebesar 0,28% (mtm), relatif stabil dibandingkan bulan lalusebesar 0,27% (mtm). Tekanan inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan inflasi emas perhiasan yang memberikan andil sebesar 0,03%, yang disebabkan peningkatan permintaan seiring perayaan tahun baru Imlek," ujarnya.

Ke depan, tekanan inflasi pada tahun 2018 diperkirakan tetap terjangkar pada sasarannya yaitu 3,5±1%. Namun demikian, potensi kenaikan harga pada kelompok VF dan AP, sebagai dampak erupsi gunung Sinabung dan peningkatan harga BBM non subsidi yang baru ditetapkan, perlu menjadi perhatian ke depan.

"Dalam kaitan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas harga dengan fokus pada upaya menjamin pasokan, distribusi, dan pengelolaan pasca panen berbagai bahan kebutuhan pokok, serta menjaga ekspektasi inflasi," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: