Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jaga Inflasi, TPID Sulsel Dorong Pemanfaatan Rumah Pangan Kita

Jaga Inflasi, TPID Sulsel Dorong Pemanfaatan Rumah Pangan Kita Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID Sulsel melancarkan berbagai cara untuk mengendalikan laju inflasi. Salah satu metode yang kini didorong adalah pemanfaatan Rumah Pangan Kita (RPK) yang dicanangkan Bulog. Melalui RPK, mata rantai distribusi lebih efisien. Muaranya, harga-harga komoditas pangan strategis menjadi lebih terkendali.
 
"TPID Sulsel berupaya mengarahkan inflasi pada kisaran sasaran sebesar 3,5 plus minus 1 persen. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan yaitu mendorong efisiensi mata rantai distribusi melalui pemanfaatan RPK. Nah, RPK mampu menyalurkan beberapa komoditas pangan strategis dengan harga yang lebih murah," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Bambang Kusmiarso, Selasa, (6/3/2018).
 
Sejauh ini, keberadaan RPK sudah tersebar di pelosok daerah. Merujuk data Bulog, total RPK di Sulselbar sudah mendekati 1.000 unit. Keberadaan rumah pangan yang tersebar hingga ke lorong dan pelosok desa itu diklaim mampu menjangkau seluruh masyarakat. RPK mendekatkan masyarakat dengan kebutuhan pokok tanpa harus ke pasar dengan harga yang terjangkau.
 
RPK merupakan outlet penjualan pangan milik masyarakat yang dibina langsung oleh Bulog. Rumah pangan rata-rata masih berskala kecil. Tujuannya selain memberikan stabilitas harga pangan, juga untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Beberapa komoditas pangan yang dijual di RPK meliputi beras, gula pasir, minyak goreng, telur, terigu dan lainnya.
 
Bambang mengimbuhkan selain pemanfaatan RPK, upaya pengendalian inflasi juga dilakukan dengan penguatan koordinasi hingga ke level kabupaten/kota. Metode lain, sambung dia, pemanfaatan sarana komunikasi untuk pemantauan perkembangan harga dan pasokan di pasar. Penggunaan sarana komunikasi itu menjadi indikator early warning system dalam menentukan langkah pengendalian inflasi. 
 
"TPID juga sepakat memetakan pemasok utama beberapa komoditas penting. Juga kita akan lakukan penguatan pemantauan terhadap pedagang beras untuk memastikan operasi pasar beras tersalurkan dengan baik. Selanjutnya, TPID juga mendorong kerjasama antar daerah dalam rangka pemenuhan pasokan dan stabilisasi harga," ulas Bambang. 
 
BI sendiri memproyeksikan tekanan inflasi pada Maret 2018 mengalami penurunan. Hal tersebut menyusul adanya panen raya pada bulan ketiga tahun ini. Penurunan tekanan inflasi di Sulsel telah terjadi pada Februari 2018. Pada bulan kedua tahun ini, inflasi Sulsel sebesar 0,23 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi periode Januari 2018 yang mencapai 0,81 persen.
 
Kepala Divisi Perum Bulog Sulselbar, Dindin Syamsuddin, sebelumnya mengungkapkan keberadaan RPK merupakan salah satu jurus pihaknya dalam mengendalikan harga di pasaran. "RPK itu kan sampai ke lorong-lorong dan kampung-kampung. Keberadaannya menjangkau dan menstabilisasi harga kebutuhan pokok sehingga tak terjadi gejolak di pasaran," pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: