Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beton Anti Banjir: Alternatif untuk Banjir di Jakarta

Beton Anti Banjir: Alternatif untuk Banjir di Jakarta Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di musim hujan saat ini, pasti salah satu yang ditakutkan warga Jakarta adalah banjir. Pemerintah Daerah DKI Jakarta berupaya menormalisasi sungai di Jakarta. Upaya Pemda untuk menanggulangi banjir ini sudah cukup membuahkan hasil, terbukti berberapa titik banjir yang menjadi langganan banjir Jakarta sudah tidak sebanyak dulu. Namun masalah genangan kerap terjadi. Oleh karena itu, pemerintah DKI Jakarta seharusnya menggunakan cara lain selain normalisasi kali.

Salah satu cara yang cukup tepat untuk mengatasi genangan air di jalan dapat menggunakan penemuan terbaru di bidang konstruksi dari perusahaan Lafarge Tarmac, yaitu Topmix Permeable. Topmix Permeable ini adalah sebuah beton berongga yang dapat menyerap air. Beton ini memiliki beberapa kelebihan, seperti manajemen lingkungan, efisiensi biaya konstruksi, dan mudah penempatannya. Pengaplikasiannya dapat digunakan untuk tempat parkir, jalur sepeda, jalan trotoar, beberapa sarana olahraga, dan sebagainya. Topmix Permeable dapat menyerap air sebanyak 600 liter meter persegi dalam satu menit.

Lafarge melapis bagian atas beton dengan kerikil lebih besar. Air akan masuk di celah batu kerikil dan mengalir ke drainase. Fungsi dengan lapisan atas ini dapat dimanfaatkan untuk jalan trotoar atau jalur sepeda air yang tergenang langsung masuk di celah batu sehingga jalan langsung kering kembali. Tetapi desain jalan dari Lafarge ini tidak bisa digunakan untuk daerah cuaca ekstrim dingin. Beton di bagian bawah dapat rusak karena air dapat menjadi es dan meretakkan kerikil di bagian atas. Untuk jalanan yang lebih besar, kerikilnya pun lebih besar. Bagian bawah kerikil diberikan pelapis sebagai drainase, dan lapisan dasar seperti plastik tebal sebagai lapisan permanen sebelum lapisan tanah.

Sang produsen sejak awal mengharapkan beton buatan mereka bisa mengatasi problem banjir di beberapa kota di Negeri Ratu Elizabeth. Lafarge menyatakan banjir besar yang pernah dialami Inggris pada 2007, pemicunya karena beton, aspal, dan bangunan berbahan semen tidak bisa menyerap air. Alhasil daya tampung selokan jebol. Beton permeable ini sudah dikembangkan sejak tahun 1800-an, mayoritas ibukota di Eropa sudah menggunakan bahan ini. Penggunaan paling massif memang di Inggris dan Skotlandia.

Di Indonesia, penggunaan bahan sejenis, yakni thru crete (beton resapan air) sudah dijajaki di sekitar kawasan Jakarta. Di kawasan Blok M misalnya, Pemprov DKI melengkapi trotoar dengan sejumlah fasilitas mulai dari resapan air hingga area khusus untuk parkir kendaraan. Trotoar di kawasan Blok M juga diperlebar, dipasangi ubin penunjuk arah bagi penyandang disabilitas, serta dibuatkan manhole utilitas. Badan trotoar di kawasan itu dilengkapi dengan beton berpori yang berfungsi sebagai resapan air.

Beton berwarna merah yang sisinya kasar dan berpori ini cepat meresap (air). Harapannya, saat hujan, air yang tergenang dapat terserap pada jalur pedestrian dan disimpan ke tanah. Bahan ini juga digunakan di sekitar Jalan Mahakam dan Barito yang menjadi salah satu kawasan kuliner malam yang cukup padat. Pembangunan serupa juga dilakukan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: