Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Asuransi Syariah Diperkirakan Makin Membaik pada 2018

Industri Asuransi Syariah Diperkirakan Makin Membaik pada 2018 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri asuransi syariah bisa dibilang masih cukup tertinggal daripada asuransi konvensional. Meski begitu, industri ini mampu mencatatkan pertumbuhan positif. 

Berdasarkan riset Sharia Consumer Survey 2016 yang dilakukan oleh Nielsen, sekitar 4.000 responden di 10 kota besar dengan target audience dari kalangan menengah atas menunjukkan, sebanyak 47% responden ingin membeli asuransi konvensional dan 40 persen asuransi syariah.

"Tahun 2017 industri asuransi syariah tumbuh dengan kuat. Produk Prulink Syariah Rupiah Asia Pacific Equity Fund, pertumbuhannya selama 2017 mencapai 26,6%. Indonesia terbaik dalam pertumbuhannya," ujar Nini Sumohandoyo Director Corporate Communication & Sharia Prudential dalam diskusi "Syariah Untuk Semua" yang bertempat di Resto Seribu Rasa, Menteng, Jakarta pada Rabu (7/3/2018).

Dengan pertumbuhan ekonomi yang ada, masih ada peluang bagi industri asuransi syariah untuk mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Di antaranya menyasar segmen market yang tidak terlalu dijejali oleh para pemain konvensional.

Peningkatan industri asuransi jiwa syariah diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yang diprediksi bakal semakin berkembang

Senada, pakar ekonomi Syariah, Muhamad Syakir Sula dalam kesempatan yang sama menyampaikan, peningkatan industri asuransi jiwa syariah diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.  Ia menyampaikan, kinerja asuransi jiwa syariah akan semakin berkembang pada 2018 dan menjadi pilihan proteksi dan investasi masyarakat.

"Industri syariah dalam lima tahun belakang ini terus tumbuh. Bukan hanya industri fesyen syariah, makanan halal, tapi juga perbankan dan asuransi. Perlahan industri syariah menjadi lifestyle," ujar salah satu pakar Industri syariah ini.

Syakir Sula juga menambahkan, kendala utama industri asuransi syariah adalah permodalan dan sumber daya manusianya. Namun, baru pada era pak Jokowi dukungan dari Pemerintah cukup besar, salah satunya dengan lahirnya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dengan ketuanya Presiden langsung. 

"Ini era baru, dengan dukungan dari pemerintah saya yakin industri ini akan tumbuh. Ini peluang besar untuk asuransi syariah," ujar Muhamad Syakir Sula dalam kesempatan yang sama. 

Syakir Sula menyampaikan saat ini Prudential menjadi salah satu top brand dalam industri asuransi syariah di Indonesia, jauh meningkat dibanding perintis industri syariah lainnya.

"Beberapa tahun lalu, asuransi syariah belum diminati, penetrasi rendah. Tapi, begitu Prudential masuk dalam industri asuransi syariah ini pertumbuhannya significant sampai 100 persen lebih," ujarnya. 

Walau begitu, menurut Syakir Sula pertumbuhan asuransi syariah masih belum menyamai asuransi konvensional. Ia menyampaikan salah satu kendala Asuransi Syariah adalah adanya anggapan bahwa asuransi itu haram. 

"Konsep asuransi syariah adalah bisnis, tolong-menolong, dan berbagi kebaikan. Banyak fatwa ulama terdahulu yang bisa menjadi referensi membolehkan asuransi syariah. Malaysia termasuk negara yang pertumbuhan asuransi syariahnya bisa kita contoh," ujar Syakir sula.

Syakir sula menjelaskan, perlu ada sinergi antara industri dan stakeholders dalam meningkatkan sosialisasi mengenai prospek bisnis industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Roadmap IKNB Syariah diterangkan, dalam tiga tahun terakhir, sebanyak 90,4% masyarakat Indonesia ternyata tidak tahu dan hanya 9,6% yang tahu mengenai asuransi syariah.

"Kerja sama antara pelaku industri dan regulator secara berkala dalam menyosialisasikan produk asuransi syariah akan menciptakan sinergitas dan peluang besar di industri ini untuk berkembang. Para pelaku industri juga lebih dituntut untuk meningkatkan inovasi produk asuransi jiwa syariah dengan jalur distribusi alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat," jelas Syakir lagi.

Menurut dia, masyarakat juga perlu menyadari bahwa produk asuransi syariah terbukti bertahan dalam melewati gejolak pasar yang cukup dinamis. Selama ini, produk asuransi jiwa syariah juga tetap memberikan return yang tinggi di tengah perlambatan ekonomi.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai akhir 2017 aset dari industri perasuransian syariah mencapai Rp40,52 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan 21,9% dari posisi pada akhir tahun sebelumnya yang sebesar Rp33,24 triliun.

Pertumbuhan aset ini di antaranya ditopang oleh pertumbuhan premi yang mencapai 16,38% dari Rp12,02 triliun menjadi Rp13,99 triliun.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: