Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Modalku: Bermain Risiko Tinggi, Bermain Bunga Tinggi

Modalku: Bermain Risiko Tinggi, Bermain Bunga Tinggi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Modalku menyediakan platform pinjaman mulai dari Rp50 juta hingga Rp2 miliar dengan tenor singkat, yaitu 3—24 bulan. Kredit diberikan dengan mudah tanpa agunan sehingga menjadi solusi pembiayaan bagi siapa saja yang tidak memiliki aset sebagai jaminan. 

Permasalahan umum yang biasanya dihadapi oleh pengusaha kecil adalah kesulitan mendapatkan kredit dari bank. Tidak sedikit pengusaha kecil ditolak oleh bank karena tidak memiliki agunan (kolateral) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan kredit dari bank.

Permasalahan itulah yang kemudian melahirkan peluang bisnis. Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang financial technology (fintech), Modalku, meyakini dari besar kue pembiayaan di Indonesia yang saat ini mencapai sekitar Rp1.700 triliun, baru Rp700 triliun yang mampu dipenuhi oleh lembaga yang sudah ada, seperti perbankan, multifinance, dan lainnya. Ada gap pembiayaan sekitar Rp1.000 triliun, pasar inilah yang coba ditangkap oleh Modalku dan perusahan rintisan fintech lainnya.

Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Modalku, Reynold Wijaya, menyebutkan hanya sekitar 40% dari total gap tersebut yang bisa diambil, atau sekitar Rp400 triliun. Kebanyakan dari mereka adalah nasabah yang ditolak karena tidak memiliki agunan. 

“Dari Rp1.700 triliun, Rp700 triliun ditangkap oleh bank, sisanya Rp1.000 triliun 30%—40% dapat diambil. Intinya, ada kekosongan di 40% pasar tersebut, dan sisanya Modalku tetap tidak mau ambil karena memang sangat berisiko,” ujar Reynold.

Menurut Reynold, terdapat perbedaan cara pandang antara bank dan Modalku dalam menangkap nasabah tersebut. Bank kebanyakan menerapkan prinsip asset based lending sehingga orang yang tidak mempunyai aset tidak bisa mendapatkan kredit. Berbeda dengan Modalku yang menerapkan prinsip cash flow based lending. Menurutnya, nasabah layak mendapatkan kredit selagi bisnis yang dijalankan jelas dan menguntungkan. 

Pertimbangan lain yang membuat Modalku berani memberikan pinjaman kepada nasabah yang ditolak oleh bank karena pengusaha kecil biasanya lebih berhati-hati dibanding pengusaha besar. Pengusaha kecil lebih berhati-hati dalam menggunakan dana karena takut modalnya habis. Sementara itu, pengusaha besar tidak terlalu memikirkan kalau uangnya habis, sebab saat uang atau modal mereka habis, mereka bisa kembali meminjam ke bank. 

Prinsip tersebut menyebabkan Modalku memiliki nasabah yang kebanyakan para pedagang dengan kegiatan jual beli, perusahaan jasa, dan perusahaan outsource yang seringnya memang tidak memiliki aset yang dapat diagunkan. Seperti pedagang di Tanah Abang yang hanya memiliki barang dagangan yang dibeli kemudian dijual kembali, barang dagangan berupa pakaian tidak dapat diagunkan, tetapi kenyataanya mereka telah berjualan selama puluhan tahun dan tetap berjalan.

Kedua bisnis jasa, kebanyakan perusahaan jasa juga tidak memiliki aset yang bisa jadi agunan, tetapi bisnis ini sangat bergantung dengan nama baik. Begitu juga dengan perusahaan outsource yang sangat menjaga nama baik untuk kelangsungan bisnisnya. Dengan pertimbangan bisnis yang sudah berjalan puluhan tahun, Modalku berani memberikan kredit meskipun tanpa agunan. 

“Saat ini, kurang lebih ada 1.900 pinjaman dengan nasabah di atas 1000. Pinjaman diberikan mulai dari Rp50 juta hingga Rp2 miliar, tergantung dari industri yang dijalankan, seperti trading, garmen, service, dan outsourching,” ungkap Reynold.

Sebagai perusahaan fintech, Modalku menggunakan teknologi berbasis situs internet (website) maupun aplikasi yang dipasang di ponsel pintar. Untuk mengajukan pinjaman, nasabah tidak perlu “melek” teknologi, cukup memasang aplikasi di ponselnya untuk mengajukan pinjaman, mendapatkan penilaian, lalu melakukan pembayaran pinjaman.

Sementara itu, tim Modalku mengendalikan teknologi di balik platform yang dimiliki untuk melakukan tugas-tugas penting, seperti fraud detection. Menurut Reynold, bisnis fintech adalah bagian dari risiko kredit, apakah nasabah akan bangkrut atau tidak itu diperhitungkan melalui teknologi seperti psychrometric, biometric, dan tangulation. Sebagai contoh, dengan menggunakan ponsel pintar, tim Modalku bisa mengetahui lokasi nasabah. Teknologi juga dapat menentukan apakah nasabah bagian dari organisasi kriminal atau memang orang-orang yang ingin mencari modal usaha. 

Berkat teknologi tersebut, sejak menjalankan bisnisnya tahun 2015 lalu belum pernah terjadi penipuan di Modalku. Meskipun demikian, tidak dimungkiri Non Performing Loan (NPL) tetap ada, namun hanya sekitar 0,2%. NPL tersebut menurut Reynold adalah hal yang lumrah. Angka 0,2% menurutnya masih bagus dengan pasar yang digarapnya. Strategi Modalku untuk meminimalisasi kerugian akibat NPL dengan menerapkan bunga yang tinggi sebesar 20%.

Transparansi Jadi Kelebihan

Saat hadir di Indonesia pada tahun 2016, Modalku bukanlah fintech pertama dan satu-satunya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Modalku adalah 1 dari 23 fintech yang telah terdaftar. Hal yang harus diwaspadai saat ini adalah pihak-pihak yang datang menyerupai platform fintech, tetapi hanya untuk merusak industri. 

Dibanding dengan fintech lainnya, Modalku memiliki kelebihan soal transparansi. Modalku memberikan statistik yang sangat jelas yang dapat dilihat di situs perusahaan, seperti jumlah pendana, rata-rata pinjaman terdanai, default, status cicilan, dan lain-lain. Modalku bahkan menampilkan statistik berapa persen cicilan yang belum dibayar.

Modalku selalu menjelaskna kepada investor dan nasabah dengan statistik yang dimiliki, misalnya nasabah yang telah dalam pembayaran berapa persen. Informasi seperti itu penting bagi investor, sebab jika ingin ada investor yang memberikan pendanaan, investor harus mengetahui risk and return

Selain itu, Modalku juga rajin membuat tulisan tentang jenis-jenis permodalan yang wajib diketahui para pebisnis, tips mendapatkan dana crowdfunding, tips memilih pinjaman yang tepat untuk usaha, keamanan bagi pemberi pinjaman Modalku, cara mengelola waktu dalam belajar, dan lain sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut diharapkan menjadi learning center bagi para investor maupun calon nasabah.

Sejak kehadirannya, fintech selalu disebut-sebut sebagai pesaing bank, namun Reynold tidak setuju dengan isu tersebut. Menurutnya, dari pasar yang digarap jelas berbeda, nasabah yang disasar adalah mereka yang telah ditolak oleh bank. Bunga yang diterapkan jauh lebih besar dari bank, jangka waktu yang diberikan juga lebih pendek, hanya 3—24 bulan. 

“Logikanya, kalau Anda bisa mendapatkan uang dari bank, ngapain Anda ke Modalku? Kalau Anda bisa mendapat bunga 9%, ngapain ambil yang 20%?” katanya. 

Sebagai fintech, Reynold selalu berharap dapat bekerja sama dengan bank, sebab fintech akan mati tanpa bank, sementara bank tetap bisa hidup tanpa fintech. Saat ini, Modalku bekerja sama dengan Bank Sinarmas. Kerja sama bank dan fintech menurutnya adalah winwin solution karena bank bisa mempelajari nasabah fintech. Suatu saat kalau nasabah itu sudah bankable, bisa diambil menjadi nasabah bank. Sebaliknya, kalau ada nasabah yang tidak layak di bank dapat diberikan ke fintech

Hingga 2017, secara kolektif Modalku telah menyalurkan lebih dari Rp1 triliun ke sekitar 1870 pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Indonesia menjadi pasar terbesar dengan total pinjaman sekitar Rp520 miliar, atau lebih dari 50%. Pencapaian tersebut juga bertumbuh sembilan kali lebih besar dibanding pertumbuhan 2016. Tahun ini, Reynold menargetkan pertumbuhan sekitar 4 kali lipat dari total penyaluran dana tahun 2017. Untuk mencapainya, menurut Reynold yang perlu dilakukan adalah memperdalam penetrasi pasar. 

Membantu Inklusi Keuangan 

Pendanaan Seri A diterima oleh Modalku pada Agustus 2016, sekitar satu bulan sejak Modalku hadir di Indonesia. Dana yang diterima senilai US$7 juta atau sekitar Rp100 miliar, dipimpin oleh Sequoia India, diikuti oleh beberapa investor yang telah investasi sebelumnya, seperti Alpha JWC Ventures. Jumlah dana tersebut diklaim sebagai nominal terbesar yang pernah diraih oleh platform peer-to-peer lending di Asia Tenggara. 

Bersamaan dengan pengumuman pendanaan Seri A, Modalku juga mengumumkan kerja sama dengan Bank Sinarmas untuk memberikan dana Rp10 miliar untuk mebiayani pinjaman di Modalku. Selain itu, Modalku juga telah bekerja sama dengan marketplace Tokopedia, dan menjalin kemitraan dengan berbagai UKM di berbagai penjuru Indonesia. 

Will Ongkowidjaja, Co-Founder & Managing Partner Alpha J W C Ventures, mengatakan pihaknya memutuskan untuk terus mendukung Modalku karena para pendiri Modalku mempunyi misi dan kemampuan yang baik untuk menciptakan inklusi keuangan di Indonesia. JWC menjadi salah satu Venture Capital yang mendukung Modalku sejak awal berdiri, dan Will merasa puas melihat kemajuannya. 

“Saya percaya kalau kita akan melihat lebih banyak prestasi dari Modalku di masa depan,” tutur Will. 

Will juga melihat bisnis Modalku telah memberikan dampak positif bagi sosial bisnis. Modalku membantu Indonesia mencapai inklusi keuangan dengan memberi pembiayaan ke UKM Indonesia yang selama ini kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga finansial tradisional. 

Selain dari itu, Alpha JWC Ventures juga bangga dan percaya dengan Tim Modalku yang dipimpin oleh anak-anak muda Indonesia terbaik dengan pengalaman mendunia. Alpha JWC Ventures, sebagai rekan kerja dan investor Modalku, siap mendukung perkembangan Modalku dari aspek investasi dan nilai tambah yang lain, seperti strategi, rekrutmen, dan operational improvement.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: