Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Google: AI Lebih Penting dari Listrik dan Api

Google: AI Lebih Penting dari Listrik dan Api Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan teknologi raksasa, Google, telah mengembangkan artificial intelligence (AI) sejak lama untuk memudahkan kehidupan manusia. AI merupakan elemen penting bagi kehidupan, seperti listrik dan api. Bahkan lebih penting dari keduanya.

Sundar Pichai, CEO Google, menyatakan AI, api, dan listrik memiliki sifat yang sama: berbahaya, namun sangat membantu jika dapat dikendalikan dengan baik. Menurutnya, beberapa masalah besar yang kini dihadapi umat manusia bisa diatasi melalui AI. Contohnya, AI dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah perubahan iklim, atau untuk menyembuhkan kanker.

“AI merupakan salah satu hal terpenting yang sedang dikerjakan oleh manusia. Ini mungkin lebih dibutuhkan dari pada listrik atau api,” katanya dalam acara Google I/O 2017 Conference belum lama ini.

Menurut Pichai, AI yang dikembangkan perusahaan akan semakin meluas ke berbagai produk. Jika semula fokus Google adalah membawa AI pada Google Assistant, kini AI justru akan merambah ke semua produk dan layanan Google, seperti Gmail, Google Photos, Google Home, dan lainnya. AI yang dikembangkan Google akan fokus pada 3 bidang: penelitian; alat dan infrastruktur, seperti Tensorflow dan Cloud Tensor Processing Units; serta AI terapan. 

Di bidang penelitian, kecerdasan buatan yang dibuat perusahaan awalnya menggunakan model yang cukup mengonsumsi waktu dan kompleks buatan para insinyur dan doktoral di bidang pembelajaran mesin (machine learning). Untuk itu, Google kini mendesain model AI yang lebih mudah digunakan bagi ratusan ribu pembuat aplikasi (developer) yang disebut auto machine learning dan mendesain jaringan saraf yang lebih baik. AutoMl ini sudah dijajaki pada pekerjaan dasar seperti pengenalan gambar CIFAR serta aplikasi yang lebih berat seperti kesehatan. 

Di bidang kesehatan, AI milik Google digunakan untuk mengobati penyakit diabetes retinopati atau gangguan pembuluh darah di retina pada pasien yang mengidap diabetes melitus yang dapat menyebabkan kebutaan. Hasilnya juga dipublikasikan di jurnal milik American Medical Association serta didistribusikan oleh Verily kepada komunitas obat-obatan. Selain itu, di dunia patologi, para dokter ahli kanker payudara bisa mendeteksi setara 1.000 ten-megapixel gambar per kasusnya, dengan rata-rata hasilnya hanya menunjukkan 48% positif kanker. Dengan AutoMl ini, tingkat keakuratan bisa meningkat menjadi 89% dari sebelumnya 73%.

Di bidang ilmu biologi terapan, Google juga mengembangkan AI pada aplikasi DeepVariants mereka yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi varian-varian gen yang diakui memiliki keakuratan urutan DNA sehingga pasien yang menderita penyakit genetik bisa ditangani lebih cepat. Di bidang ilmu kimia terapan, Google menggunakan AInya untuk memprediksi properti-properti fundamental dari molekul. Hal ini memungkinkan industri farmasi menemukan jenis obat baru secara lebih cepat.

Google bukan satu-satunya perusahaan di AS yang mengembangkan produk AI. Menurut AI Index 2017 Annual Report yang diterbitkan Standford University, dalam lima tahun terakhir, jumlah perusahaan rintisan (startup) di AS yang mengembangkan AI melonjak 14 kali menjadi lebih dari 600 perusahaan. Sementara itu, pangsa pasar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan AI (machine learning, deep learning, computer vision, speech recognition, natural language processing) juga naik 4,5 kali. Jumlah impor robot juga naik menjadi 30.000 robot.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: