Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK: Pemahaman Produk Perbankan Syariah di Kaltim Masih Minim

OJK: Pemahaman Produk Perbankan Syariah di Kaltim Masih Minim Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Balikpapan -

OJK Kaltim mencatat literasi pemahaman produk syariah di Kalimantan Timur masih minim yakni sekitar 3,6 persen jika dibandingkan produk konvensional.

Namun potensi sangat besar mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

“Wajar saja, pengetahuannya tentang produk syariah minim. Namun, tetap dengan potensi yang ada, mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim. Maka porsi produk syariah ini perlu ditambah,” kata Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim Dwi Ariyanto acara diskusi tren perbankan syariah 2018, di Balikpapan, Jumat (9/3/2018).

Terhadap hal itu, OJK secara intensif telah mengenalkan produk dan jasa keuangan syariah melalui berbagai kegiatan sosialisasi agar masyarakat semakin paham. Sehingga nantinya mau menggunakan produk dan jasa keuangan tersebut.

Apalagi data perbankan menunjukan bahwa kinerja perbankan syariah menunjukan pertumbuhan yang positif.

Manajer Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Joko Andoko membenarkan hal itu.  Hanya saja produk perbankan syariah masih relatif kecil dibandingkan konvensional.

Menurutnya perbankan konvesional pertumbuhannya unggul jauh dari syariah. 

"Dari produk yang ditawarkan saja perbankan konvesional sudah lebih mau beberapa langkah dibanding perbankan syariah,” ucapnya.

Pertumbuhan perbankan syariah di 2018 tercatat sudah tumbuh lebih baik. Hal ini tidak lepas dukungan pemerintah mengenalkan produk syariah yang secara perlahan bisa diterima masyarakat.

Dari data BI, statistik perbankan syariah di Balikpapan, di Januari 2018, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 26,45 persen (yoy) atau senilai Rp2,01 triliun. Namun, secara pangsa terhadap bank konvesional masih rendah yakni 8,51 persen.

Sementara untuk aset juga tumbuh baik sebesar 13,15 persen yakni sebesar, Rp2,7 triliun.  namun pangsanya juga masih sedikit yakni 9,44 persen. 

Sedangkan pembiayaan syariah tumbuh 7,95 persen sebanding Rp2,4 triliun dengan pangsa terhadap konvesional sebesar 7,95 persen.

BI juga mencatat rasio kredit macet masih cukup terjaga dibanding perbankan konvesional. Non performing financing perbankan syariah 4,27 persen.

Joko juga berharap, agar produk syariah terus mengembangkan layanan sehingga memudahkan nasabah mereka. Jika dilihat, pangsa produk syariah seharusnya bisa di atas 10 persen.

“Kami tidak hentinya mengeluarkan beberapa program untuk produk syariah. Bahkan tiap tahun kami menggelar festival produk syariah,” tutupnya.

Sementara Direktur Kepatuhan dan Risiko BNI Syariah Tribuana Tunggadewi mengatakan untuk memacu  produk syariah dapat diterima masyarakat, pihaknya membangun ekosistem serba halal.

Lanjutnya ekosistem yang dimaksud yakni merancang produk khusus yang dapat diakses menggunakan kartu BNI iB Hasanah berlaku di merchant berlogo MasterCard di seluruh dunia. 

Meliputi makanan halal, pariwisata halal serta fesyen halal. 

"Menariknya, kartu secara otomatis tidak berfungsi ketika akan melakukan pembayaran di tempat non halal. Pengembangan terus kami lakukan agar bisa mengejar kemajuan perbankan konvesional,” terangnya.

Harapannya dengan menciptakan ekosistem syariah akan mendorong masyarakat menempatkan dana di BNI syariah termasuk pembiayaan atau lainnya.

"BNI syariah ingin mengembangkan industri keuangan syariah yang modern, global dan Islamic.karena itu ekosistem syariah yang dikembangkan juga sangat penting terus dilakukan," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: