Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan Pasar Berkurang Bikin Harga Sawit Terjun Bebas

Permintaan Pasar Berkurang Bikin Harga Sawit Terjun Bebas Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan bahwa harga minyak sawit (CPO) pada awal Januari 2018 mengalami penurunan yang disebabkan lemahnya permintaan pasar global, terutama dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang mengatakan bahwa pada awal tahun 2018, pasar minyak sawit global cukup menjanjikan yang tercermin dari harga minyak sawit mampu naik pada dua pekan pertama, dan harga bertengger pada kisaran 675-697,5 dolar Amerika Serikat per metrik ton.

"Namun pada pekan ketiga dan keempat harga cenderung terus menurun hingga menyentuh 652,5 dolar AS per metrik ton. Turunnya harga minyak sawit global dipicu lemahnya permintaan di pasar global terutama dari RRT dan negara-negara Uni Eropa," kata Togar, dalam keterangan tertulis yang diterima.

Tercatat, pada Januari 2018, ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) hanya mampu membukukan kenaikan sebesar empat dibandingkan dengan Desember 2017 atau dari 2,63 juta ton naik menjadi 2,74 juta ton di Januari 2018.

Sepanjang Januari Negeri Tirai Bambu membukukan pelemahan permintaan yang cukup signifikan yang itu sebesar 15 persen atau dari 362,50 ribu ton di Desember 2018 melorot menjadi 307,49 ribu ton di Januari 2018.

"Turunnya permintaan minyak sawit oleh RRT disebabkan persediaan minyak kedelai yang melimpah. Pembelian kedelai melimpah karena besarnya konsumsi soymeal untuk peternakan di Tiongkok," kata Togar.

Penurunan permintaan minyak sawit Indonesia juga diikuti oleh Uni Eropa sebesar delapan persen atau dari 437,94 ribu ton di Desember 2017, turun menjadi 404,22 ribu ton di Januari 2018. Hal yang sama diikuti oleh negara-negara Timur Tengah yang membukukan penurunan 31 persen dan Afrika 10 persen.

Sementara permintaan dari India naik sangat tipis yaitu hanya satu persen atau dari 593,25 ribu ton di Desember 2017 naik menjadi 598,35 ribu ton di Januari 2018.

Namun, ada kenaikan permintaan yang siginfikan dicatatkan oleh Amerika Serikat (AS), yakni sebesar 68 persen, atau dari 115,29 ribu ton pada Desember lalu meningkat menjadi 193.47 ribu ton di Januari 2018.

Tuduhan dumping biodiesel terhadap Indonesia sepertinya tidak mempengaruhi permintaan minyak sawit Negeri Paman Sam tersebut.

Kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dicatatkan oleh Bangladesh sebesar 244 persen dan Pakistan ikut membukukan kenaikan sebesar tiga persen.

Pada sektor biodiesel, serapan biodiesel di dalam negeri pada Januari ini mencatatkan kenaikan 14 persen atau dari 191 ribu ton di Desember lalu naik menjadi 218 ribu ton di Januari 2018. Serapan biodiesel di dalam negeri masih konsisten tiap bulannya meskipun ada fluktuasi.

Dari sisi produksi, pada Januari ini produksi minyak sawit Indonesia membukukan penurunan sepuluh persen atau dari 3,8 juta ton pada Desember lalu turun menjadi 3,4 juta ton pada Januari 2018. Penurunan produksi ini merupakan kejadian biasa karena memang musim panen raya telah berakhir.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: