Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PM Inggris: Moskow Bertanggung Jawab Atas Racun Saraf di Tubuh Eks Mata-Mata Rusia

PM Inggris: Moskow Bertanggung Jawab Atas Racun Saraf di Tubuh Eks Mata-Mata Rusia Kredit Foto: Reuters/Henry Nicholls
Warta Ekonomi, London -

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pada hari Senin (12/3/2018) bahwa "sangat mungkin" Moskow bertanggung jawab atas insiden keracunan di Inggris yang menimpa mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya yang menggunakan agen saraf kelas militer.

May mengatakan kepada parlemen bahwa negara Rusia secara langsung bertanggung jawab atas keracunan atau telah mengizinkan racun saraf tersebut untuk masuk ke tangan orang lain. London telah memberi Rusia sampai akhir Selasa (13/3/2018) untuk menjelaskan penggunaannya.

"Pejabat Inggris telah mengidentifikasi substansinya sebagai bagian dari kelompok racun saraf Novichok yang dikembangkan oleh militer Soviet selama tahun 1970an dan 1980an," ungkap May, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (13/3/2018).

Skripal (66), dan putrinya yang berusia 33 tahun, Yulia, berada di rumah sakit dalam kondisi kritis sejak ditemukan tidak sadar di sebuah bangku di luar sebuah pusat perbelanjaan di kota Salisbury pada tanggal 4 Maret.

"Jika tidak ada tanggapan yang kredibel, kami akan menyimpulkan bahwa tindakan ini sesuai dengan penggunaan yang tidak sah oleh negara Rusia terhadap Inggris Raya," tuturnya, menyebut serangan tersebut sebagai tindakan "sembrono dan tercela".

Kementerian luar negeri Rusia membalas dengan segera, dengan mengatakan bahwa komentar May adalah "pertunjukan sirkus" dan merupakan bagian dari kampanye informasi politik melawan Rusia. Sekretaris Negara A.S. Rex Tillerson juga mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki "kepercayaan penuh" dalam penilaian Inggris bahwa Rusia kemungkinan bertanggung jawab.

"Kami setuju bahwa mereka yang bertanggung jawab, keduanya yang melakukan kejahatan dan mereka yang memerintahkannya, harus menghadapi konsekuensi serius," pungkas Tillerson dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan Amerika Serikat berdiri di dekat "sekutu terdekat Amerika".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: