Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Forextime Nilai Indonesia Peroleh Untung dari Sentimen Risiko yang Membaik

Forextime Nilai Indonesia Peroleh Untung dari Sentimen Risiko yang Membaik Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Forextime menilai Indonesia peroleh untung dari sentimen risiko yang membaik. Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menuturkan jika Rupiah menguat karena selera risiko yang meningkat pada awal perdagangan pekan ini.

Rupiah menguat 0,2% saat laporan ini dituliskan. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar melemah ke Rp13.765. Sejumlah data ekonomi Indonesia dijadwalkan untuk dirilis pekan ini, tetapi neraca perdagangan hari Kamis khususnya akan dapat memberi isyarat mengenai momentum ekonomi domestik. Optimisme meningkat karena perdagangan global menguat dan potensi impor dan ekspor melampaui ekspektasi di bulan Februari yang akan memperkuat PDB kuartal pertama.  

Laporan tenaga kerja AS yang menggembirakan di hari Jumat berhasil mengurangi kekhawatiran tentang perang perdagangan, setidaknya untuk sementara. Peningkatan lapangan kerja sebanyak 313.000 menjadi kejutan positif karena data ini melampaui ekspektasi tertinggi sekali pun yaitu 300.000 menurut survei Reuters. Walaupun para pekerja mungkin tidak gembira dengan kenaikan upah rata-rata per jam sebesar 0,1% saja, perusahaan dan pasar menyambutnya dengan gembira. 

"Alasannya adalah peningkatan upah yang tidak terlalu besar menandakan Fed masih tetap memiliki 'keleluasaan' di pasar tenaga kerja sehingga masih ada jalan bagi Fed untuk melaksanakan tiga kenaikan suku bunga di tahun 2018, bukan empat. Kombinasi antara data ekonomi yang baik dan inflasi yang terbatas adalah faktor utama untuk mempertahankan pasar bullish," ucapnya di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Lebih lanjut Ia menuturkan jika indeks Komposit NASDAQ mencatat rekor tertinggi terbaru pasca rilis laporan tenaga kerja hari Jumat. S&P 500 menguat 10% dari lembah yang tercatat pada 9 Februari, dan pasar pendapatan tetap pun tidak tampak gelisah, terlihat dari imbal hasil obligasi 10 tahun yang masih berada jauh dari level penting 3%.

"Kenaikan selera risiko menular ke pasar Asia di hari Senin. Nikkei 225, Hang Seng, dan Kospi semuanya menguat lebih dari 1%," jelasnya. 

Faktor lain yang meningkatkan selera risiko pekan lalu menurut Hussein adalah Trump setuju untuk bertemu kepala negara Korea Utara Kim Jong Un walaupun menurutnya itu tidak akan berpengaruh untuk para investor pasar modal. Berita bahwa AS telah membuka jalan untuk lebih banyak pengecualian tarif baja dan aluminium hari Jumat mengindikasikan bahwa perang perdagangan belum akan terjadi.

Tampaknya, target Trump saat ini bukan Kanada, Meksiko, atau Uni Eropa, melainkan Cina. Menteri Perdagangan Cina Zhong Shan mengatakan Cina tidak ingin perang perdagangan terjadi dan akan memulai perang, tetapi memperingatkan bahwa perang perdagangan dengan AS hanya akan membawa bencana bagi ekonomi dunia. 

"Data ekonomi AS pekan ini akan sangat menarik perhatian, terutama IHK Februari yang akan dirilis beberapa hari sebelum rapat Fed pekan depan. Harga konsumen diprediksi mereda bulan lalu setelah meningkat 0,5% di bulan Januari. Namun, IHK umum tetap diprediksi meningkat 2,2% YoY dari 2,1%. Investor akan lebih memperhatikan IHK inti yang apabila tetap stabil di 1,8% maka tidak ada alasan untuk menduga bahwa Fed akan mengambil posisi agresif di rapat berikutnya," ungkapnya. 

Penjualan ritel diprediksi memantul setelah melemah selama dua bulan berturut-turut. Apabila ekspektasi kenaikan 0,3% berhasil tercapai, ini dapat menjadi pertanda bahwa pemangkasan pajak akhirnya berhasil mengajak konsumen untuk menabung lebih sedikit dan belanja lebih banyak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: