Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tren Neraca Perdagangan Defisit, Ekonomi RI Lampu Kuning?

Tren Neraca Perdagangan Defisit, Ekonomi RI Lampu Kuning? Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Neraca perdagangan Indonesia dalam tiga bulan terakhir kembali jatuh defisit. Dengan defisit pada Februari 2018 sebesar US$0,12 miliar, total defisit dalam tiga bulan sejak Desember 2017 menjadi US$1,1 miliar. Defisit perdagangan selama tiga bulan berturut-turut ini adalah yang pertama kali terjadi sejak tahun 2014.

Lalu, betulkah ekonomi Indonesia sudah lampu kuning?

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memandang kondisi ini patut  mendapatkan perhatian serius pemerintah setidaknya karena tiga alasan berikut.

Pertama, net ekspor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi selama 2017 dengan pertumbuhan 21% berpotensi memberikan  sumbangan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini. 

"Artinya, upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun ini menjadi semakin sukar," kata dia di Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Kedua, defisit perdagangan akan semakin mendorong pelebaran defisit transaksi berjalan yang menjadi salah  satu faktor pendorong pelemahan nilai tukar Rupiah, selain faktor eksternal.

Ketiga, belum ada peningkatan kinerja industri manufaktur secara berarti, terutama industri yang berorientasi ekspor. Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas. Padahal, seperti halnya negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam, ekspor manufaktur yang kuat akan dapat meredam terjadinya defisit perdagangan, khususnya pada saat ekspor komoditas andalan seperti sawit cenderung melemah dan harga minyak dunia terkerek naik.

Sebagai perbandingan, kontribusi ekspor manufaktur hanya 47% dari total ekspor Indonesia sementara kontribusi ekspor manufaktur terhadap total ekspor Vietnam dan Thailand saat ini sudah mencapai 78%.

"Kondisi ini sekali lagi menjadi warning bagi pemerintah untuk segera menempatkan upaya peningkatan daya saing industri manufaktur secara komprehensif sebagai agenda utama ke depan. Bukan sekadar untuk memperkuat neraca perdagangan, tetapi juga untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: