Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prudential Indonesia, Tak Mau Terlena Status Market Leader

Prudential Indonesia, Tak Mau Terlena Status Market Leader Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Prudential Indonesia tak mau terlena dengan status sebagai market leader di industri asuransi jiwa. Apalagi, kompetisi saat ini semakin ketat.

Presiden Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch mengatakan Prudential memiliki tantangan besar dalam menghadapi perubahan yang terjadi saat ini, baik perubahan perilaku nasabah hingga tren digitalisasi. Tugas manajemen cukup menantang dalam memastikan strategi perusahaan berjalan dengan baik: adaptif. Muaranya, Prudential diharapkan dapat mempertahankan posisi sebagai jawara asuransi jiwa.

Tim redaksi Warta Ekonomi berkesempatan mewawancari Jens Reisch di kantornya, beberapa waktu lalu. Berikut kutipan lengkap wawancara Warta Ekonomi dengan Jens Reisch, yakni

Apa makna milenial bagi Prudential?

Saya pikir semua perusahaan mau tidak mau harus berubah dan beradaptasi untuk menghadapi fenomena yang terjadi saat ini. Berdasarkan komposisi usia, sebanyak 50% masyarakat Indonesia berusia di bawah 30 tahun. Sebagai orang Eropa, saya melihat perubahan yang terjadi di Indonesia sangat cepat baik dari sisi behavior, edukasi, dan karier.

Saat ini sekitar 50% karyawan dan agency yang tergabung di Prudential berasal dari generasi milenial. Atas dasar itu, kami terus memikirkan cara beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang terjadi baik perubahan di internal maupun eksternal. Salah satu adaptasi yang dilakukan di internal misalnya soal Wi-Fi, dress core, dan corporate social responsibility.

Menurut saya, karyawan dan agen yang berasal dari generasi milenial tidak hanya fokus pada faktor gaji saja. Akan tetapi, mereka juga memperhatikan aspek pekerjaan dan pendidikan.

Adapun secara eksternal, Prudential melakukan adaptasi dalam hal cara berkomunikasi karena generasi milenial tidak mau lagi menggunakan surat. Mereka lebih suka berkomunikasi dengan menggunakan telepon, WhatsApp, ataupun aplikasi perpesanan lain. Hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi pihak manajemen.

Jika melihat profil nasabah Prudential yang berjumlah 2,3 juta, saya yakin tidak semua nasabah merupakan generasi milenial. Akan tetapi, mereka memiliki "jiwa muda". Jadi, usia nasabah kami memang tidak semua muda tetapi di dalam diri mereka tetap memiliki "jiwa muda". Oleh karena itu, kami selalu mengatakan akan fokus kepada "jiwa muda.

Perkembangan teknologi informasi yang berdampak kepada tuntutan waktu respons yang cepat terjadi hampir di semua wilayah baik di desa maupun di kota; baik tua maupun muda; serta lak-laki maupun perempuan. Jadi, saya sangat bersyukur karena fenomena milenial ini telah mendorong semua orang untuk melakukan perubahan, baik di Prudential maupun di Indonesia.

Apakah ada masalah ketika terjadi gap antara generasi milenial dengan baby boomers, baik di internal maupun di market?

Hal yang terjadi sekarang adalah perubahan di pasar terjadi dengan begitu cepat sehingga kita harus mengikuti perubahan tersebut dengan cepat pula. Salah satu fenomena yang terjadi adalah handphone dan konektivitas yang berujung kepada aspek kecepatan (speed). Fenomena tersebut tentu sangat menarik untuk dicermati, tetapi bagi pihak manajemen merupakan hal yang sangat menantang.

Dengan strong market position, saya yakin Prudential memiliki tanggung jawab terhadap pasar asuransi jiwa di Indonesia untuk melakukan perubahan dengan cepat.

Apa kunci sukses Prudential sehingga menjadi jawara di industri asuransi jiwa Indonesia?

Kami sangat senang bisa menempati posisi nomor satu di Indonesia. Kami berhasil mencapai posisi puncak setelah melakukan perjalanan panjang selama 22 tahun. Saya pikir banyak hal dilakukan selama perjalanan 22 tahun tersebut. Saya melihat kunci sukses Prudential adalah keberhasilan membangun suatu sistem agency. Kemudian inisiatif perusahaan untuk melaksanakan brand building juga sangat bagus.

Selain itu, setiap orang di Prudential memiliki winning spirit yang sangat kuat. Setiap tahun, kami punya satu pertanyaan buat karyawan: apakah Anda merasa bangga bekerja di Prudential? Sebanyak 90% lebih karyawan menjawab mereka bangga bekerja di Prudential. Jadi, dari sisi sumber daya manusia, Prudential memiliki team work dan winning spirit.

Meski demikian, kami tidak pernah berpuas diri. Di Prudential kami selalu ditantang untuk terus memperbaiki diri.

Bagaimana cara Anda menjaga winning spirit para karyawan?

Setiap acara kami selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan We are Number One secara bersama-sama. Entah itu acara di luar maupun di dalam, kami selalu bernyanyi bersama. Selain itu, kami selalu mengingatkan rekan-rekan tentang tujuan Prudential. What we do? Kami ingin menang. Atau kami ingin mencapai satu step lalu mencapai satu step lagi.

Kita juga mengingatkan rekan-rekan bahwa Prudential tidak boleh menjadi follower, tetapi harus menjadi leader.

Sekarang ini organisasi Prudential sudah cukup besar sehingga pekerjaan menjaga winning spirit seluruh karyawan cukup menantang. Kita banyak melihat perusahaan yang lebih kecil memiliki kemampuan bergerak lebih cepat dan lincah.

Prudential sangat terkenal dengan unit link, apakah Anda yakin unit link dapat terus memberikan income pada perusahaan?

Sekarang ini, kami leading di investment link. Sampai saat ini saya masih sangat optimistis terhadap investment link. Kenapa? Pada saat pertama kali saya tiba di Indonesia beberapa tahun lalu, suku bunga deposito berada di kisaran 10%-11%. Sekarang suku bunga deposito mungkin berada di bawah 6%.

Produk unit link yang kami tawarkan ke nasabah juga paling customer-friendly karena memiliki banyak pilihan. Menurut saya, investment link sangat bagus di Indonesia.

Apa improvement yang Anda lakukan?

Setiap tahun, kami selalu melakukan inovasi baik fitur maupun produk asuransi. Apalagi, permintaan masyarakat atas layanan kesehatan terus meningkat. Jadi, kami melakukan inovasi fitur untuk kesehatan, untuk sakit kritis, dan tidak hanya di Indonesia tetapi diperluas hingga ASEAN. Kami juga melakukan perbaikan dari sisi produk seperti loyalitas, bayar premi, atau mungkin fleksibilitas waktu.

Saat ini, banyak polis whole life yang tentu sangat bagus karena memberikan peace of mind.

Berapa target pertumbuhan unit link pada tahun ini?

Kami menargetkan pertumbuhan single digit pada tahun ini. Pada tahun 2017 lalu, ada sebuah fenomena ketika spending dan saving mengalami penurunan. Akan tetapi, kebutuhan akan gaya hidup dan kesehatan mengalami peningkatan. Saya pikir Prudential harus beradaptasi terhadap perubahan tersebut.

Contohnya, untuk produk PRUlink, saya yakin harusnya fokus kepada proteksi terlebih dahulu karena banyak masyarakat Indonesia yang masih memikirkan kebutuhan hari ini dibandingkan dengan kebutuhan akan datang. Itu fenomena pertama.

Fenomena kedua berkaitan dengan masalah kesehatan. Saya pikir awareness masyarakat terhadap aspek kesehatan terus mengalami peningkatan. Saat ini, seluruh lapisan masyarakat baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah sangat aware dengan aspek kesehatan. Alhasil, pada tahun 2017 lalu sekitar di atas 70% polis baru Prudential merupakan kesehatan.

Ketiga, perkembangan teknologi digital seperti digital delivery dan payment gateway. Tentu saja, perkembangan digital ini merambat hampir ke semua industri termasuk ke industri asuransi sehingga Prudential dituntut untuk melakukan adaptasi. Apalagi, perkembangan teknologi digital merupakan suatu peluang yang sangat bagus bagi kami buat mengembangkan bisnis. Misalnya, pengiriman polis ke nasabah-nasabah yang tinggal di daerah seperti di Papua dan Sulawesi bisa dilakukan dengan sangat cepat karena kita memanfaatkan digital tools dan digital delivery.

Apakah ada rencana menggandeng fintech untuk lebih mempercepat penetrasi Prudential?

Prudential banyak melakukan investasi untuk melakukan digitalisasi. Meskipun demikian, kami tidak ingin melakukan penjualan secara online karena sadar bahwa produk asuransi tidak mudah dijual secara online. Saya sebagai orang Jerman masih memiliki keraguan dan kekhawatiran untuk membeli produk asuransi kesehatan secara online. Saya rasa orang Indonesia memiliki sikap yang serupa terkait hal tersebut.

Kami memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk menjalin komunikasi dan engagement melalui media sosial dan beragai tools meet and greets. Pertama, kami mempersiapkan tools agar agen dan mitra bisnis di perbankan dapat memberi konsultasi dan layanan kepada nasabah. Kedua, kami menyiapkan ekosistem baru yang memiliki mobilitas tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: