Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mahalnya Ongkos Proyek Kereta Cepat Buat Pak Menteri Ajak Swasta Berinvestasi

Mahalnya Ongkos Proyek Kereta Cepat Buat Pak Menteri Ajak Swasta Berinvestasi Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ongkos proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dinilai mahal berdasarkan kajian terakhir, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo.

"Kita masih mengkaji dari berbagai aspek, termasuk aspek sosial dan teknologi, ada beberapa opsi dengan pendekatan 'multicriteria analysis', ada opsi yang paling menguntungkan, tetapi biayanya juga tinggi," kata Sugihardjo usai penandatanganan kerja sama "Corporate Card" dengan Bank Mandiri di Kemenhub, Jakarta, Senin.

Sugihardjo menjelaskan dari studi yang sudah dilakukan bisa didapatkan biaya yang murah, namun hanya dari satu aspek, misalnya dari aspek teknologi, sementara dari aspek lainnya biayanya masih tinggi.

"Ternyata yang paling murah itu bukan pilihan yang terbaik, hanya satu aspek yang paling murah, contoh dari sisi teknologi, kita bangun relnya tapi dengan timbunan sembilan meter, bagaimana biaya sosialnya, masyarakat dua desa jadi terbelah, itu harus dipikirkan," katanya.

Dia menambahkan, baik pemerintah Jepang maupun Pemerintah Indonesia telah menyetujui untuk menggunakan rel sempit (gauge 1.067 mm) bukan rel standar (gauge 1.431 mm) karena menyesuaikan karakteristik lahan di wilayah Jawa yang padat dan sudah banyak jaringan.

"Kalau Sulawesi bisa 1.432 mm, kalau Jawa memanfaatkan yang ada 1.067 mm, memang ada pemikiran kereta cepat ya pakai standar 'gauge' tapi biaya lebih mahal. Ini masih butuh keputusan pimpinan nasional, dari para menteri, Pak Menko, Menkeu." katanya.

Untuk itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membuka peluang bagi swasta untuk masuk dan berinvestasi dalam proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, dalam hal ini, Japan Bank for International Coorperation (JBIC).

"Kalau JBIC menawarkan suatu konsep yang baik terutama melibatkan swasta, swasta Jepang dan Indonesia ini suatu kemajuan yang luar biasa," katanya.

Budi mengatakan perwakilan pihak JBIC telah menemui pemerintah dan memaparkan konsep kereta cepat Jakarta-Surabaya.

Namun, dia mengaku tidak mau terlalu terburu-buru dan masih akan memperlajari tawaran JBIC tersebut, meskipun dengan tawaran tersebut memberikan lebih terhadap proyek KA Cepat Jakarta-Surabaya.Ongkos proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dinilai mahal berdasarkan kajian terakhir, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo.

"Kita masih mengkaji dari berbagai aspek, termasuk aspek sosial dan teknologi, ada beberapa opsi dengan pendekatan 'multicriteria analysis', ada opsi yang paling menguntungkan, tetapi biayanya juga tinggi," kata Sugihardjo usai penandatanganan kerja sama "Corporate Card" dengan Bank Mandiri di Kemenhub, Jakarta, Senin.

Sugihardjo menjelaskan dari studi yang sudah dilakukan bisa didapatkan biaya yang murah, namun hanya dari satu aspek, misalnya dari aspek teknologi, sementara dari aspek lainnya biayanya masih tinggi.

"Ternyata yang paling murah itu bukan pilihan yang terbaik, hanya satu aspek yang paling murah, contoh dari sisi teknologi, kita bangun relnya tapi dengan timbunan sembilan meter, bagaimana biaya sosialnya, masyarakat dua desa jadi terbelah, itu harus dipikirkan," katanya.

Dia menambahkan, baik pemerintah Jepang maupun Pemerintah Indonesia telah menyetujui untuk menggunakan rel sempit (gauge 1.067 mm) bukan rel standar (gauge 1.431 mm) karena menyesuaikan karakteristik lahan di wilayah Jawa yang padat dan sudah banyak jaringan.

"Kalau Sulawesi bisa 1.432 mm, kalau Jawa memanfaatkan yang ada 1.067 mm, memang ada pemikiran kereta cepat ya pakai standar 'gauge' tapi biaya lebih mahal. Ini masih butuh keputusan pimpinan nasional, dari para menteri, Pak Menko, Menkeu." katanya.

Untuk itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membuka peluang bagi swasta untuk masuk dan berinvestasi dalam proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, dalam hal ini, Japan Bank for International Coorperation (JBIC).

"Kalau JBIC menawarkan suatu konsep yang baik terutama melibatkan swasta, swasta Jepang dan Indonesia ini suatu kemajuan yang luar biasa," katanya.

Budi mengatakan perwakilan pihak JBIC telah menemui pemerintah dan memaparkan konsep kereta cepat Jakarta-Surabaya.

Namun, dia mengaku tidak mau terlalu terburu-buru dan masih akan memperlajari tawaran JBIC tersebut, meskipun dengan tawaran tersebut memberikan lebih terhadap proyek KA Cepat Jakarta-Surabaya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: