Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jakarta: Antara Persoalan dan Potensi Properti

Jakarta: Antara Persoalan dan Potensi Properti Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kondisi Jakarta yang macet menyimpan persoalan. Di sisi lain, persoalan tersebut menyuguhkan potensi bagi perkembangan pasar properti.

Country Director Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), Yoga Adiwinarto, menyayangkan kota Jakarta yang masih berorientasi kepada kendaraan pribadi, terutama mobil. Konsep kotanya memang  dibuat pada era tahun 90-an, saat mobil menjadi primadona. Dampaknya sekarang macet.

"Energi yang kita perlukan untuk melakukan mobilisasi dari hunian kita saja sudah besar sekali," ujar Yoga dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Karena itu, dirinya bersama lembaga terkait berinisiatif untuk mengubahnya dengan menjadikan
Jakarta sebagai kota yang lebih ramah kepada manusianya, khususnya pejalan kaki. Goal-nya di tahun 2030 nanti, di Jakarta tidak ada lagi masyarakat yang bepergian sehari-hari dengan mengendarai mobil.

“Kita ingin kota yang dekat dengan angkutan massal. Dan aksesnya, semisal trotoar dari hunian ke halte bus, bagus," sambung Yoga.

Memahami persoalan dan potensi tersebut, Synthesis Development, menghadirkan Prajawangsa City sebagai salah satu jawabannya. Hunian di kawasan superblock ini memiliki akses yang mudah ke berbagai pilihan transportasi massal, mulai dari angkot, commuter line, bus Transjakarta, dan tak lama lagi LRT.

Perencana keuangan, Ahmad Gozali, memaparkan bahwa idealnya kita harus memilliki aset yang terdiri atas kombinasi: aset likuid (tabungan, deposito, dan produk perbankan lain), bisnis sendiri atau investasi di bisnis orang lain melalui pasar modal dalam bentuk saham atau reksadana, serta aset tetap (investasi
seperti properti dan emas).

Khusus investasi properti, ia menjabarkan terdapat tiga potensi keuntungan berupa cashflow, capital gain, dan collateral.

“Properti kelas bawah di Jabodebek Banten saja harganya rata-rata naik (capital gain) 7,71% per tahun. Jika disewakan, kita memperoleh pemasukan (cash flow) sebesar 8-11% dari nilai propertinya. Dan ketika digunakan sebagai agunan (collateral) ke bank, nilainya mencapai 80% dari nilai pasar,” ungkap Gozali.

Property Investment Advisor Synthesis Development, Asnedi, menjelaskan bahwa Prajawangsa City juga merupakan solusi bagi para milenial yang diramalkan bakal makin kesulitan memiliki hunian.

“Hanya dengan bayar cicilan 5 juta per bulan, dapat gratis tinggal di apartemen Bassura City sampai apartemen di Prajawangsa City siap huni. Apalagi, apartemen itu praktis, nggak pake ribet, seperti maunya milenial," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: