Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Minyak Turun Karena Aksi Ambil Untung

Minyak Turun Karena Aksi Ambil Untung Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, New York -

Harga minyak turun pada akhir perdagangan Jumat (23/3/2018) pagi WIB, karena investor mengambil keuntungan setelah reli minggu ini dan akibat pasar saham AS jatuh, tetapi kerugian dibatasi oleh berlanjutnya upaya-upaya OPEC dan sekutunya untuk membatasi pasokan.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei turun 56 sen menjadi ditutup pada 68,91 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, mundur 0,8 persen dari puncak sesi 69,70 dolar AS, mendekati level tertinggi sejak awal Februari.

Sementara itu, patokan AS, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 87 sen atau 1,3 persen menjadi menetap pada 64,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI diperdagangkan antara 64,23 dolar AS hingga 65,74 dolar AS per barel selama sesi tersebut.

Harga-harga minyak telah meningkat dalam dua minggu terakhir, didorong oleh melemahnya dolar AS dan ketegangan antara Iran dan Arab Saudi yang meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan Timur Tengah yang sudah dibatasi oleh pakta produksi yang dipimpin OPEC.

Harga-harga mencatat kenaikan satu hari terbesar sejak November pada Rabu (21/3) setelah mengalami penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS.

Penurunan dalam ekuitas AS pada Kamis (22/3) juga membebani harga minyak, karena Presiden AS Donald Trump menandatangani memorandum presiden pada Kamis (22/3) yang dapat mengenakan tarif impor hingga 60 miliar dolar AS dari Tiongkok.

"Ketakutan akan perang perdagangan AS dengan Tiongkok merupakan komponen pelemahan minyak hari ini, sejauh mungkin berdampak pada percepatan permintaan," kata Anthony Headrick, analis pasar energi dan broker komoditas berjangka di CHS Hedging LLC di Inver Grove Heights, Minnesota.

Pasar derivatif minyak menunjukkan aktivitas besar dalam seminggu terakhir yang telah berpusat di sekitar opsi untuk membeli, yang dikenal sebagai "call options", yang memberikan pemegang kemungkinan untuk membeli minyak dengan harga tertentu pada tanggal tertentu.

"Call options" untuk membeli minyak pada 80 dolar AS per barel pada akhir bulan depan telah berpindah tangan dalam seminggu terakhir daripada opsi pada tingkat harga lainnya.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (21/3) bahwa persediaan minyak mentah AS turun 2,6 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk peningkatan 2,6 juta barel.

Penurunan persediaan AS didorong oleh impor minyak mentah yang lebih rendah dan operasi pengilangan kilang yang lebih tinggi.

Tetapi "mood" kepercayaan di pasar minyak telah tertekan oleh produksi minyak mentah AS yang naik ke rekor 10,4 juta barel per hari pekan lalu, menempatkan produksi AS di depan Arab Saudi dan mendekati Rusia di 11 juta barel per hari.

"Kami masih melihat produksi yang meningkat pesat ke dalam rekor wilayah tertinggi sebagai pertimbangan 'bearish' laten, yang hanya akan menonjolkan lingkungan harga tinggi baru," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Pertumbuhan produksi AS sebagian telah dihambat oleh kesepakatan untuk memangkas produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu mereka. Perjanjian ini telah berjalan sejak awal 2017 dan akan berakhir pada akhir 2018.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: