Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jual Budaya di Bukalapak, Ini Kisah Sukses Om Pink

Jual Budaya di Bukalapak, Ini Kisah Sukses Om Pink Kredit Foto: Bukalapak
Warta Ekonomi, Jakarta -

Om Pink, salah satu pelapak di Bukalapak, menyimpan kisah sukses mengenai perjalanan usahanya. Om Pink memperkenalkan konten-konten budaya lokal dari Pontianak ke seluruh Indonesia.

Om Pink yang bernama asli Muhammad Syafril menuturkan sebelumnya sempat aktif sebagai pengurus stasiun radio sebelum banting setir menjadi wirausaha dan kemudian menjadi pelapak di Bukalapak. Om Pink gencar memasarkan produk tradisional khas daerahnya.

"Yang kita jual adalah sesuatu yang unik, budaya itu kan unik. Saya edukasi bahwasanya konten lokal seperti ini bukan hanya milik Melayu, tapi milik Indonesia," ucap Om Pink dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (23/3/2018).

Om Pink memang menyukai local content, misalnya baju-baju tradisional bermotif Kalbar (Kalimantan Barat). Karena melihat pangsa besar di Bukalapak dan kesempatannya ada, akhirnya Om Pink bisnis Tanjak, topi Melayu. Kemudian, dia juga membuat baju kemeja corak insang, corak khas Pontianak. Kemudian, celana sarung khas Kalbar dengan corakn Dayak dan insang.

Berkat jualan online lewat Bukalapak, Om Pink berhasil mempromosikan konten-konten lokal Pontianak ke berbagai kota di Indonesia. Ia pun senang karena konten lokal seperti Tanjak kian populer.

"Ini sudah saatnya kita angkat (konten lokal), untuk dipromosikan," tambah Om Pink.

Produk yang dipasarkan Om Pink cukup terkenal di kalangan pemuka agama. Om Pink sendiri memang aktif di gerakan dakwah. Ia juga cukup aktif mencari peluang. Misalnya, ketika ada acara ulang tahun Pontianak, produk Om Pink akan dicari-cari oleh pihak pemerintah.

Lapak Om Pink sendiri mengambil pasar menengah ke atas dengan kisaran harga jual Rp150 ribu sampai Rp300 ribu. Ia masih memiliki toko offline agar para pelanggan dapat melihat sendiri produk-produk yang ia pasarkan. Ia pun sudah memiliki pegawai sendiri.

Om Pink berharap konten lokal seperti Tanjak tak hanya dikenakan untuk acara yang bersifat seremonial, tetapi agar dapat terus populer di kalangan anak muda juga.

Om Pink pernah takut sebelum keluar dari zona nyamannya sebagai pegawai, tetapi ada dua hal yang memotivasinya. Yang pertama adalah sang istri yang sampai sekarang setia menemaninya mengembangkan bisnis.

"Saya awalnya juga takut, khawatir, saat saya lepas jabatan, saya mau makan apa? Saya diskusi dengan istri yang kemudian memberi support," ucapnya.

Kedua, Om Pink juga mengaku terinspirasi dari Rasulullah yang juga memiliki karir sebagai pedagang. Untuk mereka yang masih ragu-ragu berkarir sebagai pedagang, Om Pink pun memberikan saran.

"Kalau mau ngerasain susah dan enggak susahnya, lepasin yang nyaman, karena kita akan berpacu lebih kencang ketimbang saat di zona nyaman," katanya. Yang penting, bagaimana kita begaul dengan orang banyak karena membuka link rezeki, karenanya saya bergaul di mana aja," ia menambahkan.

Om Pink mengenal Bukalapak pada 2016 dan sejak itu penjualan produknya semakin pesat. Berkat bantuan aplikasi bukalapak, pemasarannya menjangkau nasional, ada pembeli dari Medan, Palembang, Jakarta, bahkan Irian Jaya. Bahkan, Om Pink tengah bersiap untuk memperluas jangkauannya ke Kuching, Malaysia.

Selain adanya keamanan saat bertransaksi, Om Pink juga mendapat keuntungan lebih lewat fitur yang ditawarkan Bukalapak seperti push. Hal di luar aplikasi yang Om Pink dapatkan dari Bukalapak adalah aktifnya komunitas-komunitas offline sesama pelapak, serta diberikannya edukasi tentang penjualan dari Bukalapak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: