Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Pelemahan Rupiah Dipicu Keputusan The FED

Pengamat: Pelemahan Rupiah Dipicu Keputusan The FED Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menilai bahwa pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah dipicu sentimen keputusan bank sentral AS (The Fed) yang menaikan suku bunganya.

"Kebijakan The Fed selalu mempengaruhi pergerakan mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah," ujar Rully Nova di Jakarta, Jumat (23/3/2018).

The Fed, Rabu waktu AS, menaikkan suku bunganya untuk pertama kalinya pada tahun ini sebesar 25 bps menjadi 1,5 - 1,75 persen.

Ia mengatakan kenaikan suku bunga Fed juga mendorong pembalikan modal sehingga menekan nilai tukar dunia, termasuk Indonesia. Pelemahan rupiah diproyeksikan masih berlangsung, namun cenderung jangka pendek karena muncul sentimen perang dagang.

"Adanya sentimen perang dagang akibat kebijakan proteksionis Amerika Serikat akan menahan dolar AS lebih agresif, karena kebijakan proteksionis dapat menahan laju ekonomi AS," katanya.

Di tengah situasi itu, lanjut dia, rupiah memiliki momentum untuk terapresiasi terhadap dolar AS. Apalagi, pelaku pasar uang masih melihat fundamental ekonomi Indonesia cukup kondusif.

"Dengan ekonomi kita yang kondusif maka dana yang masuk ke dalam negeri akan mengalir sehingga mendorong permintaan rupiah meningkat," katanya.

Rully Nova menambahkan kebijakan Bank Indonesia yang memertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25 persen juga dinilai dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di dalam negeri.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Agusman dalam keterangan resminya menyampaikan nilai tukar rupiah melemah sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan yang terutama disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Bank Indonesia, dipaparkan, akan terus mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: