Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Properti Belum Bagus, Keuntungan Intiland Turun Tipis

Pasar Properti Belum Bagus, Keuntungan Intiland Turun Tipis Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Intiland Development Tbk (DILD) sepanjang tahun 2017 membukukan laba bersih sebesar Rp297,5 miliar, turun tipis dibandingkan dengan capaian di tahun 2016 yang sebesar Rp298,9 miliar. Perseroan pun mencatatkan laba kotor sebesar Rp955,7 miliar dan laba usaha mencapai Rp344,9 miliar. 

"Di tengah tantangan besar sepanjang tahun lalu, Perseroan berhasil menjaga kinerja laba bersih. Kami masih mempertahankan langkah dan strategi konservatif di tahun ini," kata Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (26/3/2017).

Meski begitu, Ia mengklaim jika perusahaan berhasil mempertahankan pencapaian kinerja keuangan di tengah kondisi pasar properti yang kurang kondusif di sepanjang tahun 2017. Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember 2017, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,2 triliun, atau menurun tipis dibandingkan tahun 2016 yang mencapai Rp2,3 triliun.

Ia menilai kondisi pasar properti secara umum belum sepenuhnya pulih di tahun 2017. Pasar properti nasional masih menghadapi sejumlah tantangan pertumbuhan, selain juga disebabkan konsumen dan investor yang cenderung masih mengambil sikap menunggu (wait and see) terhadap perubahan kondisi pasar.

"Segmen pengembangan kawasan industri dan recurring income (pendapatan berkelanjutan) menjadi pendorong utama pencapaian kinerja keuangan tahun 2017. Hasil penjualan lahan kawasan industri sepanjang tahun lalu bisa langsung dibukukan sebagai pendapatan usaha," ungkap Archied.

Segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp550,9 miliar, atau memberikan kontribusi sebesar 25 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut melonjak sebesar 578 persen dibandingkan pencapaian tahun 2016 yang mencapai Rp81,3 miliar.

Segmen properti investasi yang merupakan sumber recurring income memberikan kontribusi senilai Rp528,2 miliar atau 24% dari keseluruhan. Segmen ini meraih pertumbuhan pendapatan usaha sebesar Rp180,6 miliar atau 52 persen dari pencapaian tahun 2016 senilai Rp347,6 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan ini, terutama dipicu oleh meningkatnya kontribusi dari pendapatan sewa perkantoran serta pengelolaan fasilitas gedung dan kawasan.

Segmen pengembangan mixed-use & high rise mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp703,6 miliar, atau memberikan kontribusi 31,9%. Segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat memberikan kontribusi sebesar Rp420 miliar atau 19,1%.

Menurut Archied pengakuan penjualan pada dua segmen ini mengalami penurunan masing-masing sebesar 37% dan 43%. Penurunan ini lebih disebabkan marketing sales yang diperoleh dari kedua segmen tersebut belum bisa diakui sebagai pendapatan usaha.

"Penurunan ini karena marketing sales pada segmen mixed-use and high rise dan kawasan perumahan belum bisa dibukukan sebagai pendapatan usaha tahun 2017 karena menunggu progres pembangunan," ungkap Archied.

Pada tahun lalu Perseroan memperoleh kinerja marketing sales cukup baik, yakni sebesar Rp3,3 triliun, atau 106,3% lebih tinggi dari tahun 2016. Segmen pengembangan mixed-use & high rise serta kawasan perumahan memberikan kontribusi marketing sales masing-masing sebesar Rp1,9 triliun dan Rp483 miliar.

Ditinjau berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi sebesar Rp1,67 triliun atau 76% dari keseluruhan. Sementara pendapatan berkelanjutan yang berasal dari segmen properti investasi seperti penyewaan perkantoran, pengelolaan sarana olahraga, pengelolaan kawasan dan gedung, serta penyewaan pergudangan memberikan kontribusi Rp528,2 miliar atau 24%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: