Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ridwan Kamil Beri Solusi Ketimpangan Ekonomi di Jabar

Ridwan Kamil Beri Solusi Ketimpangan Ekonomi di Jabar Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Calon Gubernur Jawa Barat  Ridwan Kamil dibuat kagum dengan produk-produk buatan masyarakat di Kabupaten Kuningan.

Kekaguman ini muncul saat Ridwan Kamil mengunjungi Kantor Asosiasi Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Kabupaten Kuningan.

Pria yang akrab disapa Kang Emil ini disuguhkan berbagai produk asli buatan warga di desa-desa yang tersebar di seantero Kabupaten Kuningan. Produk-produk itu sejak makanan hingga ragam kerajinan tangan. Beragam produk ini merupakan karya beragam usaha kecil yang dikelola warga di berbagai tempat di Kab. Kuningan, yang mampu memberi tambahan mata pencaharian bagi masyarakat. 

Menurut Emil, kreatifitas warga dengan membuat beragam produk makanan dan keranjinan, merupakan solusi untuk masalah ketimpangan ekonomi dan mampu menekan arus urbanisasi yang selama ini terjadi.

“Ini sesuai dengan program saya satu desa satu perusahaan, sudah luar biasa (Kabupaten) Kuningan ini, tinggal dibuat keren dan promosinya semakin digencarkan,” kata Emil kepada wartawan, Rabu (28/3/2018).

Menurutnya, jika pendapatan warga bisa setara dengan Upah Minimun Regional (UMR) maka itulah solusi yang paling tepat untuk masalah ketimpangan ekonomi, dengan begitu warga desa tidak lagi harus urbanisasi ke kota. 

"Ini kalau bisa terjadi akan menjadi revolusi ekonomi di Jawa Barat selama lima tahun kedepan, dan itu telah menjadi komitmen saya,” tegas Emil.

Menurut peraih penghargaan Walikota Terbaik 2017 dari Kemendagri ini, Kabupaten Kuningan dapat menjadi contoh bagi BumDes lain di Jawa Barat, yang produk UKM desanya belum terintegrasi dengan baik. Jika pola seperti yang ada di Kabupaten Kuningan ini bisa dijalankan secara luas, Kang Emil optimis cita-cita Jabar Juara bisa terwujud.

“Karena kesuksesan ini belum terjadi di daerah lain, apalagi dikombinasi dengan potensi pariwisata dan BIJB yang sebentar lagi beres. Kuningan dalam lima tahun harus optimis semakin tumbuh, apalagi ditambah orang-orangnya kreatif,” tutur Emil.

Emil menambahkan program Satu desa satu perusahaan ini harus jadi. Ditambah dengan kredit tanpa agunan tanpa bunga berbasis masjid (kredit Mesra), itu akan menguatkan permodalan. 

"Visi saya, harusnya kombinasi itu berhasil dalam mengatasi ketimpangan, Insya Allah berhasil,” kata Emil.

Emil memberi sedikit masukan dan saran untuk BumDes Kuningan. Menurut dia, meskipun pola promosi dan etalasenya sudah berjalan baik, masih perlu ada peningkatan di sisi desain dan kemasan. Menurut Kang Emil seringkali terjadi di banyak daerah, produknya sudah bagus tapi dari sisi penampilan kurang memerhatikan selera pasar.

“Kita bisa buat tapi enggak tahu selera pasar. Itu ada ilmunya, tugas gubernur nanti yang tim marketing produk dan mengawinkan dengan desain,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Bumdes Kabupaten Kuningan Haerun mengatakan, dari 361 desa yang ada di Kuningan baru separuhnya yang memiliki Bumdes. Kendala yang terjadi selama ini selain masih terbatasnya sumber daya manusia yang bisa mengelola bisnis, selain permodalan di tiap desa juga berbeda.

“Ada yang Rp5 juta, Rp10 juta bahkan Rp200 juta. Tiap desa kan beda-beda. Tapi intinya, kita bisa kalau bekerjasama dan tugasnya asosiasi menjadi holding dari Bumdes-Bumdes ini,” kata Haerun.

Selama ini Asosiasi Bumdes telah mengelola enam unit usaha yakni Gedung Olah Raga, Unit Pengelolaan Ikan Rakyat, Kios Desa, Waserda, Wisata, dan Pengolahan Sampah. Menurut dia selama ini pengelolaan bisnis masyarakat desa berasal dari ide masyarakatnya sendiri. Hal ini terjadi karena potensi desa yang berbeda-beda.

“Di Tambak saya misalnya pengolahan ikan lele dari mulai ternak sampai diolah seperti pengasapan, kerupuk tulang lele, itu ada. Babakan Reuma bikin gemblong yang dikemas berbagai rasa, Desa Gunung Keling bikin busur panah dari yang miniatur sampai yang asli, sudah sering dikirim ke Jakarta. Jadi kami sedang menggali potensi ini,” ucap dia.

Berkembangnya UKM di sejumlah desa di Kabupaten Kuningan pun diakui Haerun berdampak positif menurunkan tren urbanisasi. Menurut dia jika selama ini kaum muda desa di Kuningan sering hijrah ke Semarang atau Yogyakarta, kini banyak yang memilih tinggal di desa dan bergabung dengan kelompok usaha.

“Karena di sini ada yang dikerjakan. Upahnya sekitar Rp1,5 juta sampai Rp3 jutaan per bulan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: