Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Budidaya Bandeng di Seruyan Capai 850 Ton Per Tahun

Budidaya Bandeng di Seruyan Capai 850 Ton Per Tahun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Kuala Pembuang -

Produksi perikanan budi daya khusus ikan bandeng di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah mencapai 850 ton per tahun.

Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Seruyan Abuhasan Asari di Kuala Pembuang, Minggu mengatakan, produksi ikan bandeng tersebut berasal dari petani tambak air payau yang berada di Kuala Pembuang.

"Ada sekitar 1.700 hektare tambak yang dikelola petani dengan rata-rata produksi 500 kilogram per tahun sehingga secara keseluruhan produksi ikan bandeng 850 ton per tahun," katanya.

Mantan Asisten III Sekretariat Daerah Seruyan itu menambahkan, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, ikan bandeng yang sebagian besar dihasilkan petani tambak di wilayah Desa Sungai Undang, Kecamatan Seruyan Hilir juga dipasok ke luar daerah, seperti ke Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan dan Palangka Raya.

"Bahkan ikan bandeng yang diprodukai petani tambak dipasok hingga ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan," katanya.

Ia mengakui, produksi ikan bandeng dapat terus ditingkatkan, karena saat ini lahan potensial untuk tambak air payau yang belum dimanfaatkan jumlahnya masih sangat besar.

"Ada lebih dari 3.000 hektare lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tambak air payau, namun yang baru bisa dimanfaatkan petani hanya sekitar 1.700 hektare," katanya.

Menurutnya, secara umum perikanan budi daya di pesisir "Bumi Gawi Hatantiring" memang belum tergarap secara maksimal.

Ada beberapa kendala sehingga menyebabkan lahan untuk perikanan budi daya belum tergarap secara maksimal, di antaranya karena prasarana usaha budi daya perikanan terutama daerah tambak banyak yang sudah rusak.

"Kemudian, kendala lain yang dihadapi dalam mengembangkan budi daya perikanan adalah masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan kelompok pembudidaya ikan dalam melakukan kegiatan budi daya perikanan," katanya.

Selain itu, potensi perikanan budi daya belum tergarap secara maksimal karena kurangnya minat investor untuk menjalankan usaha perikanan di Seruyan.

Hal ini disebabkan karena masih minimnya infrastruktur di Seruyan sehingga jalur masuk ke daerah potensi perikanan masih sulit diakses.

"Ada investor yang ingin menanamkan modal, dan membuat suatu program pengembangan di suatu wilayah desa, namun, karena minimnya infrastruktur, khususnya akses jalan, menyebabkan pihak ketiga jadi menunda rencananya," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Gito Adiputro Wiratno

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: