Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Walhi Minta Teluk Balikpapan 'Dikembalikan' Seperti Semula

Walhi Minta Teluk Balikpapan 'Dikembalikan' Seperti Semula Kredit Foto: Twitter.com
Warta Ekonomi, Balikpapan -

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur mengingatkan bahwa pembersihan akibat tumpahan minyak bukan hanya mengangkat minyak pencemar dari lautan.

"Tapi juga hal memulihkan ekosistem terdampak," kata Direktur Walhi Kaltim Fathur Roziqin Fen, Jumat (6/4).

Di Teluk Balikpapan selain manusia dan segala aktivitasnya, juga hidup sejumlah fauna dan flora. Pesut (Orcaella brevirostris), mamalia laut yang terancam punah adalah salah satunya.

Satu pesut ditemukan mati di pantai di belakang kantor DPRD Balikpapan pada hari Minggu (2/4) sore.

Di tepi-tepi teluk di bagian utara, tumbuh subur Rhizopora mucronata, Sonneratia, Avicenna dan spesies-spesies pohon mangrove. Di hutan mangrove juga hidup bekantan (Nasalis larvatus), satwa endemik Kalimantan, monyet berwarna oranye yang jantannya memiliki hidung seperti terong berwarna kemerahan.

Di laut juga ada terumbu karang dan padang lamun. Cukup terkenal terumbu karang Batu Kapal yang sebelumnya sudah sering dilaporkan rusak karena aktivitas perusahaan di sekitarnya di bagian hulu Teluk Balikpapan.

Menurut Walhi, dengan berkaca pada kasus pencemaran Teluk Meksiko dari minyak yang tumpah dari rig Deep Water Horizon yang dioperasikan British Petroleum, diperlukan tidak kurang dari 8 bulan untuk memulihkan ekosistem "Karena itu kita perlu tahu rencana rinci Pertamina untuk mengatasi tumpahan minyak ini," tegas Roziqin.

Minyak tumpah di Teluk Balikpapan pada Sabtu (31/3) dinihari dan kemudian disusul oleh kebakaran di tengah laut di sejumlah titik yang diyakini tempat minyak-minyak terkonsentrasi.

Diketahui kemudian minyak pencemar dalah minyak mentah atau crude dan berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina yang patah.

Pipa itu menghubungkan Terminal Crude Lawe-lawe dengan Kilang Balikpapan. Sepanjang 3,6 kilometer (km) pipa itu membentang di bawah laut di Teluk Balikpapan.

Minyak mentah yang menyebar sampai ke Hutan Mangrove Margasari dan Pemukiman Atas Air serta menyebabkan sejumlah warga sesak napas, mual dan muntah karena tidak tahan mencium baunya yang mirip bahan bakar solar.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: