Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkeu: Kelas Menengah Jangan Bermental Gratisan

Menkeu: Kelas Menengah Jangan Bermental Gratisan Kredit Foto: Ruangguru
Warta Ekonomi, Semarang -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan masyarakat golongan menengah jangan punya mental "gratisan" yang selalu meminta pelayanan dari negara dalam bentuk subsidi.

"Saya sering dengar dari publik kalau kita punya mental harus semuanya negara yang mengurus. Negara itu mengurus yang paling 'vulnerable', paling lemah," katanya di Semarang, Senin (9/4/2018).

Hal itu diungkapkannya saat menyampaikan kuliah umum berjudul "Digital Disruption: Peluang dan Tantangan Membangun Pondasi Ekonomi Indonesia 2045" di Universitas Diponegoro Semarang (Undip).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kata dia, termasuk alat untuk mengurangi kemiskinan, antara lain 10 juta penduduk Indonesia yang mendapatkan santunan dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH).

Masyarakat yang termasuk kelompok menengah, kata sosok kelahiran Bandarlampung, 26 Agustus 1962 itu, harus percaya diri dan senang menjadi bagian dari negara yang memberikan kontribusi.

"Harusnya, saya sudah bayar pajak, saya meminta dalam bentuk 'services', bukan subsidi. Kalau dapat sekolah, yang bagus, gurunya bener, ngurus KTP cepet, ngurus SIM juga cepet," katanya.

Kalau berkuliah, kata dia, mendapatkan universitas yang bagus, fasilitasnya bagus, termasuk pengajarnya berkualitas, perpustakaan yang bagus, serta bisa mengakses buku-buku yang berkualitas.

Itulah, kata dia, sikap kelas menengah yang turut berkontribusi terhadap negara dan meminta pelayanan tidak dalam bentuk subsidi, melainkan "service" dengan kualitas yang bagus.

"Namun, kalau kelas menengah mentalnya ingin masuk gratis, nanti masuk kelas karena gratis gurunya masuk syukur, enggak masuk, ya, enggak apa-apa karena gratis," katanya.

Menkeu menilai perlunya memasukkan "mindset" yang bagus kepada masyarakat, terutama generasi muda agar bisa membangun karakter yang baik dan benar untuk kekuatan menuju Indonesia 2045.

"Seiring kemajuan teknologi yang masuk, maka sikap yang penting. Yang tidak bisa digantikan robot adalah 'critical thinking' yang bisa berpikir kritis, punya empati, dan bisa merasakan emosional," katanya.

Dengan pondasi "mindset" dan sikap yang benar dan tidak hanya sibuk memikirkan hal-hal yang bersifat sepele, ia menambahkan akan membuat Indonesia menjadi kuat dan terus maju.

"Kalau hanya sibuk mikirin hal-hal sepele, sementara hal-hal fundamental malah tidak terpikirkan maka kita semua kehilangan waktu," pesan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: