Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gaya Jokowi Naik Motor Chopper, Kalahkan Taktik Politik Prabowo

Gaya Jokowi Naik Motor Chopper, Kalahkan Taktik Politik Prabowo Kredit Foto: Kementerian PUPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Bunda Mulia, Jakarta Silvanus Alvin menilai strategi komunikasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo beberapa saat belakangan, menunjukkan yang bersangkutan sedang menggunakan "sepatu baru" untuk menyambut Pilpres 2019.

"Saya mengibaratkan strategi komunikasi bak sepatu dan proses kampanye seperti lomba lari. Maka Jokowi sudah 'mencuri start' dengan mengenakan `sepatu barunya yang menarik perhatian anak muda, sementara Prabowo masih di belakang garis start dan ia terlihat mengenakan `sepatunya yang usang'," kata Alvin di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Alvin menganalisis Jokowi sudah mulai menarik perhatian dan hati dari pemilih pemula. Jokowi berusaha masuk dengan cara mengikuti apa saja yang sedang tren di kalangan anak muda.

"Contohnya saat sedang viral terkait film Dilan, Jokowi masuk di situ, dan menonton bersama putrinya, Kahiyang. Belum selesai sampai di situ, masih viral pula berita Jokowi mengendarai motor Royal Enfield Bullet 350 cc bergaya chopper. Dari motor hingga jaket denim yang digunakan pun menarik perhatian masyarakat," kata Alvin.

Dia mengatakan sepengetahuannya, belum ada kandidat yang mencoba "down to teenagers" atau berusaha masuk ke ranah anak muda seperti Jokowi.

"Saat Jokowi sedang jalan santai, terekam di media bahwa ia sedang memakai sneakers Adidas Yeezy, yang harganya belasan juta rupiah. Kultur dari sneakers ini sedang naik daun di kalangan muda," kata dia.

Alvin mengamati ada sebuah strategi untuk membingkai Jokowi sebagai politisi dan di saat bersamaan juga sebagai selebriti politik.

Istilah politisi selebriti, menurut dia, melekat pada diri Jokowi.

Media sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang berita hiburan infotainment dan news, selama itu mengenai Jokowi pasti akan diberitakan.

"Jokowi atau mungkin penasihat politiknya, paham betul gimmick-gimmick seperti nonton Dilan, naik motor, atau memakai sneakers, memiliki makna bagi kaum muda dan menarik untuk dikonsumsi di sosial media. Apalagi, status Jokowi sebagai 'celebrity politician' menambah daya tarik tersendiri," kata dia.

Dari beberapa riset yang sudah dipublikasi di jurnal internasional, kata dia, diketahui bahwa pemilih pemula mencari informasi politik dari sosial media, bukan dari portal berita mainstream.

Pemilih pemula masih membaca media, tapi mengaksesnya melalui platform seperti Facebook atau Instagram.

Hal ini menurut pakar ini, bisa dikategorikan interaksi para-sosial, dimana terjadi komunikasi satu arah dari Jokowi sebagai politisi selebriti kepada pemilih pemula sehingga para pemilih pemula merasa ada intimasi yang terbangun.

"Saya lihat langkah Jokowi itu satu langkah didepan. Apalagi belum ada rival politiknya. Memang belum ada yang deklarasi secara pasti untuk jadi capres 2019, namun, nama Prabowo Subianto santer terdengar dan tampaknya mantan Danjen Kopassus itu akan kembali jadi capres," ujarnya.

Terkait Prabowo, Alvin mengamati belum ada strategi komunikasi politik khusus untuk Pilpres mendatang. Prabowo dipandang masih bergaya sama, yakni menampilkan sisi maskulin pemimpin berwibawa, tegas, serta berani.

Dari caranya berpidato, berpakaian, sampai pembentukan citra diri di sosial media, Prabowo masih menunjukkan representasi dirinya sebagai seorang nasionalis dan serupa seperti Bung Karno.

"Bila 'head to head' dengan gaya komunikasi politik demikian, saya memprediksi Prabowo kecil peluangnya untuk menang melawan Jokowi. Menurut saya, 'kids zaman now' tidak akan tertarik dengan gaya komunikasi kuno seperti itu. Perlu adanya perubahan strategi komunikasi. Prabowo terlihat masih mengenakan 'sepatu usang'," kata dia.

Terlebih, kata lulusan Master dari Universitas Leicester Inggris itu, Pilpres 2019 akan ditentukan oleh para pemilih pemula. Dari penelusuran data yang ia lakukan, mereka yang berumur 17-24 tahun dan dapat dikategorikan sebagai pemilih pemula persentasenya bisa mencapai 40 persen, atau sedikitnya bisa mencapai 70 juta orang.

Angka tersebut termasuk signifikan dan dapat diraih bagi calon yang mau mengenakan "sepatu baru".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: