Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Forextime: Rupiah Berpotensi Menguat dengan Datangnya Sentimen Positif

Forextime: Rupiah Berpotensi Menguat dengan Datangnya Sentimen Positif Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Chief Market Strategist Forextime Hussein Sayed memandang sebagian besar mata uang Asia memasuki pekan perdagangan dengan gagah karena Dolar terus tertekan oleh isu perdagangan AS-Cina. Rupiah pun stabil terhadap Dolar pada perdagangan Senin (9/4/2018). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS bergerak di kisaran Rp13.760.

"Walaupun berbagai faktor eksternal seperti NFP AS yang mengecewakan tampaknya akan terus memperkuat mata uang domestik, sentimen positif terhadap Indonesia juga berperan penting dalam memperkuat Rupiah," katanya dalam keteragan resmi di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa pasar akan memerhatikan rilis laporan penjualan ritel Indonesia bulan Februari yang dapat memberi informasi baru mengenai keadaan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Data penjualan ritel akan sangat dicermati, terutama karena konsumsi swasta berkontribusi besar pada PDB Indonesia.

"Data yang mencapai atau melampaui ekspektasi pasar sebesar 0,88% dapat dianggap mendukung potensi PDB sehingga memperkuat optimisme pada ekonomi Indonesia," tambahnya.

Dirinya pun berkomentar mengenai cuitan Presiden Trump di Twitter yang malah akan membingungkan untuk investor. Setelah mengancam menerapkan tarif $100 miliar lagi pada ekspor Cina, Trump membuat cuitan bahwa ia akan selalu bersahabat dengan Presiden Xi dan Cina akan menghapuskan batasan karena itulah hal yang seharusnya dilakukan.

"Drama perdagangan akan terus mewarnai beberapa pekan mendatang. Namun, komentar Presiden Cina di Forum Boao hari Selasa akan sangat menarik dicermati. Kita mungkin dapat mendengar apakah Cina siap membalas AS atau ingin bernegosiasi," ujarnya.

Selain itu, trader minyak juga terus mencermati situasi di Suriah setelah Pentagon menyangkal melakukan serangan udara ke bandara di Homs. Serangan misil ini terjadi beberapa jam setelah Trump memperingatkan "harga yang mahal untuk dibayar" sebagai tanggapan pada serangan ke Douma yang dikuasai kelompok pemberontak.

"Ketegangan perdagangan dan risiko geopolitik sepertinya masih terus akan mengurangi selera risiko, tapi investor akan mendapat informasi baru pekan ini, terutama pendapatan berbagai bank besar dan data inflasi AS," jelasnya.  

Terkait dengan data inflasi AS, ia menjelaskan bahwa Indeks Harga Konsumen AS diprediksi meningkat 0,1% (YoY) menjadi 2,3%. Data inti diprediksi kembali menyentuh target Fed yaitu 2% setelah gagal mencapainya selama 11 bulan terakhir. Data inflasi dan rilis notulen FOMC pada Rabu (11/4/2018) mungkin dapat mengubah ekspektasi suku bunga apabila ada kejutan.

"Kejutan positif dapat meningkatkan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun menuju 2,9% setelah turun 17 bps dari puncak bulan Februari yaitu 2,96%," ucapnya.

Sementara, seperti biasa, musim pendapatan AS dibuka oleh berbagai bank besar yaitu JPMorgan, Citi Group, dan Wells Fargo yang akan melaporkan pendapatan Q1 pada Jumat (13/4/2018). Menurut FactSet, estimasi pertumbuhan pendapatan S&P 500 pada Q1 adalah 17,1% yaitu pertumbuhan pendapatan tertinggi sejak Q1 2011. Sebanyak 26 perusahaan sektor teknologi menerbitkan panduan Earnings Per Share positif, jauh di atas rata-rata 5 tahun yaitu 11. S&P 500 telah turun 2,6% tahun ini.

"Jadi saya menduga akan banyak peluang beli, terutama jika ketegangan perdagangan mereda. Rasio P/E forward 12 bulan di level 16,5 tampak lebih masuk akal dibandingkan satu tahun lalu," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: