Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Real Estate Asia Pasifik Dianggap Masih Relatif Belum Matang

Pasar Real Estate Asia Pasifik Dianggap Masih Relatif Belum Matang Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investor kini semakin beralih ke sektor real estate alternatif untuk memanfaatkan hasil yang menarik dan prospek pertumbuhan jangka panjang di Asia Pasifik, seperti yang diutarakan perusahaan konsultan properti, JLL.

Pada bagian pertama dari enam bagian seri penelitian yang berfokus pada "Bangkitnya Real Estate Alternatif di Asia Pasifik", laporan tersebut mendefinisikan sektor-sektor alternatif sebagai aset real estate nontradisional seperti perawatan lansia atau panti jompo, perumahan siswa, pendidikan, pusat data, dan laboratorium.

"Secara global, Pasar real estate alternatif Asia Pasifik masih relatif belum matang dibandingkan dengan Eropa dan AS, tetapi minat terus berkembang karena investor terus mencari sektor baru untuk melakukan diversifikasi aset dan meningkatkan imbal hasil," ujar Rohit Hemnani selaku COO dan Head of Alternatives Pasar Modal JLL Asia Pasifik dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Rohit menjelaskan cara aset alternatif terstruktur menyajikan sewa operasi jangka panjang yang menyediakan aliran pendapatan yang stabil dan menurunkan volatilitas pasar.

Menurut JLL, perkiraan hasil atas aset alternatif seperti pusat data dapat berkisar dari empat hingga enam persen di Tokyo dan Singapura, dan 6%-7% untuk Sydney. Sebaliknya, aset inti seperti gedung perkantoran dapat menghasilkan sekitar 2,5% di Tokyo dan 4,5% di Sydney sementara pusat perbelanjaan dapat memimpin dengan sekitar 5% di Australia dan sekitar 2,5%-3% di Tokyo.

Hemnani menambahkan, pembeli aset alternatif teratas secara global adalah REIT, dana ekuitas, manajer investasi, perusahaan operasi real estate, dan pengembang. Pada 2016 saja, lima kelompok investor ini menempatkan lebih dari US$43 miliar ke dalam sektor tersebut.

"Di Asia Pasifik, kami melihat kecenderungan serupa dari pengembang dan ekuitas swasta yang mengalokasikan lebih banyak modal pada aset alternatif. Sementara untuk perawatan lansia, REIT sangat aktif di negara-negara seperti Jepang," imbuhnya.

Laporan tersebut menjelaskan bahwa prospek aset alternatif di Asia Pasifik positif dan akan terus mendapatkan momentum karena pergeseran demografis yang luas seperti urbanisasi, populasi yang menua, serta peningkatan kekayaan rumah tangga dan meningkatnya penggunaan teknologi.

Kelas aset seperti pendidikan dan penyimpanan mandiri akan memperoleh manfaat dari pertumbuhan populasi perkotaan di Asia Pasifik yang akan mencapai lebih dari 400 juta orang pada 2027. Adopsi smartphone, komputasi berbasis cloud, dan Internet of Things yang cepat akan mendorong lonjakan permintaan akan pusat data, didukung oleh tambahan 560 juta pengguna internet selama dekade berikutnya di wilayah tersebut.

Sementara itu, populasi lansia di kawasan tersebut akan meningkat dengan tambahan 146 juta orang dalam sepuluh tahun ke depan, dengan demikian akan berkontribusi pada perluasan perumahan lansia dan panti jompo.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: