Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Pengusaha Ingin Jokowi Kembali Terpilih?

Kenapa Pengusaha Ingin Jokowi Kembali Terpilih? Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hiruk-pikuk politik turut mempengaruhi dunia usaha. Sama seperti masyarakat pada umumnya, secara mendasar ada dua pilihan politik pada 2019: tetap memilih Joko Widodo atau memilih presiden yang baru. Tulisan ini adalah rangkuman dari pendapat para pengusaha yang ingin Jokowi terpilih kembali.

Apa saja alasannnya? Pertama, pembangunan infrastruktur. "Keberanian Jokowi membangun infrastruktur di paruh pertama kepemimpinannya patut mendapat acungan jempol," ujar seorang bos perusahaan tambang raksasa.

Sebab, lanjutnya, kalau tidak dibangun sekarang Indonesia tidak akan punya waktu lagi untuk mengejar ketertinggalan. "Jadi, ini adalah the right thing to do," ujarnya.

Risiko memang ada, mungkin juga jadi besar bila dipelintir oleh lawan politik. Sebab, lanjutnya, keberhasilan infrastruktur baru dapat terukur dalam jangka panjang. "Sehingga dalam jangka pendek, kita tidak akan merasakan dampaknya dan harus mau menderita dulu," tandasnya.

Sebagai pengusaha yang tergantung pada distribusi barang, dia merasakan dampak dari buruknya infrastruktur Indonesia. "Karena itu saya tahu bahwa perbaikan infrastruktur yang dilakukan akan membawa perbaikan dalam jangka panjang," tambah dia. Dengan kata lain, lanjutnya, tingkat kompetitif ekonomi Indonesia akan meningkat.

Seorang pengusaha kuliner mempunyai pilihan yang sama, tapi dengan sudut pandang yang berbeda. Menurut dia, keberpihakan Jokowi pada e-commerce membuat dunia entrepreneurship bergairah. "Anda lihat sekarang banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri. Bahkan beberapa jadi raksasa, seperti misalnya Go-Jek," ujarnya.

Pengusaha yang kini sedang mengambil S3 di bidang entrepreneurship itu mengatakan dunia kampus bisnis pun merasakan aura ini. Kenyataan bahwa Jokowi lahir dari masyarakat bawah juga melahirkan inspirasi Indonesian Dream. "Artinya, kini masyarakat punya keyakinan bahwa orang biasa bisa menjadi orang nomor satu di Indonesia. Tidak usah anak seorang pengusaha atau harus jadi jenderal dulu untuk bisa menjadi presiden di Indonesia," tandasnya.

Sementara seorang komisaris BUMN mengatakan bahwa Jokowinomics ini juga mempunyai tujuan untuk pemerataan masyarakat Indonesia. "Anda bayangkan, di masa lalu tanah dibagikan kepada konglomerat. Kini sertifikasi tanah untuk petani dan masyarakat bawah yang digalakkan," ujarnya.

Dia juga melihat aspek pemerataan pembangunan yang kini sedang dilakukan. "Jujur saja, di masa lalu siapa yang peduli pada pembangunan Papua?" tanyanya. Sekarang, lanjutnya, Jokowi menjadi seorang presiden NKRI yang paling sering berkunjung ke provinsi paling timur Indonesia tersebut.

Yang keempat, seorang bos konglomerat papan atas, tidak terlalu berterus terang tentang pilihannya. "Buat saya, siapapun presiden pilihan rakyat akan saya hormati dan saya patuhi perintahnya," ujarnya.

Sebagai orang timur, lanjutnya, dia dididik untuk patuh pada pimpinan. Soal pilihan presiden tahun 2019? "Terserah pilihan rakyat saja," ujarnya sambil tersenyum.

Sementara yang bertiga sepakat bahwa sebaiknya Jokowi memimpin dua periode. "Kalau ada pergantian presiden, kita harus konsolidasi lagi," ujarnya.

Yang paling bagus itu, ujar bos perusahaan tambang, selama tiga tahun melakukan konsolidasi dan selama tujuh tahun melakukan pembangunan. "Kalau kita punya presiden baru, kita harus mulai lagi karena harus ada konsolidasi lagi," tambahnya.

Tapi ketiganya menambahkan sudut pandang mereka praktis dari kepentingan kelanjutan dunia usaha. "Kami tidak mempunyai afiliasi politik dengan partai mana pun," ujar pengusaha kuliner. Dan, kalau pun harus berganti presiden, dia akan menyesuaikan diri. "Pengusaha kan harus pragmatis," ujarnya sambil terkekeh.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: