Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Moody's Naikkan Rating, Kenapa Rupiah Masih Melemah?

Moody's Naikkan Rating, Kenapa Rupiah Masih Melemah? Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service (Moody's) baru saja menaikkan kredit rating Indonesia dari Baa3/outlook positif menjadi Baa2/outlook stabil. Kenaikan ini seharusnya memberikan dampak positif bagi fundamental ekonomi Indonesia seperti nilai tukar Rupiah.

Namun nyatanya, pagi tadi Rupiah terpantau melemah dibandingkan dengan perdagangan sore di hari sebelumnya di posisi Rp13.766 per US$. Mengutip Bloomberg, Rabu (18/4/2018), nilai tukar Rupiah dibuka melemah ke Rp13.773 per US$, sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar Rupiah berada di posisi Rp13.587 per US$.

Menanggapi hal ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebutkan kondisi Rupiah yang mengalami pelemahan lebih disebabkan oleh kondisi global.

"Tapi, kita tahu di luar ada perkembangan di Amerika dan kemudian apa namanya trade war itu, ada kajian tentang kemungkinan FFR bisa naik lebih dari tiga kali. Nah, hal ini yeng memberi tekanan Rupiah seperti sekarang," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (18/4/2018).

Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, pelemahan Rupiah sebenarnya masih dalam kondisi terkendali bila melihat sejumlah situasi global belakangan ini.

"Dengan situasi global yang belum pasti walau satu sisi trade war sudah mereda, tapi belum selesai. Belakangan juga muncul geopolitik di Timur Tengah fakta bahwa dalam kondisi demikian, Rupiah relatif stabil ini menunjukan bahwa ada support dari domestik," jelas dia.

Lebih lanjut, menurut Doddy, kondisi dalam negeri yang masih terjaga membuat pelemahan bisa lebih stabil. Jika tidak, Rupiah bisa saja mengalami pelemahan lebih dalam seperti yang terjadi sebelum kenaikan suku bunga AS pertengahan Maret lalu.

"Karena mungkin kalau enggak ada itu (kondisi dalam negeri yang stabil) Rupiah bisa melemah lagi di saat global masih belum stabil, ditambah risiko geopilitik. Walau enggak membuat Rupiah menguat, tapi setidaknya di tengah kondisi global dan permintaan valas domestik meningkat masih stabil itu menunjukkan confident," pungkasnya.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: