Alumni Boleh Pergi, Tapi DNA Citi Tetap Mengikuti

Warta Ekonomi, Jakarta -

Apa yang paling dikenang dari Citibank? Menurut Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia, ada dua hal penting yang dikenang masyarakat Indonesia atas kehadiran Citibank di Indonesia. "Yang pertama adalah sebagai pool of talent para banker di Indonesia dan yang kedua adalah inovasinya," ujar Batara ketika menyampaikan sambutan di acara The 50th Anniversary Celebration of Citi in Indonesia di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, belum lama ini.

"Alumni Citibank tersebar di berbagai bank di Indonesia. Mereka menjadi pemimpin bank-bank papan atas Indonesia," ujar Batara.

Bahkan, lanjutnya, ada beberapa yang memimpin perusahaan non-bank. "Hal ini membuktikan bahwa mereka membawa DNA Citibank ke mana-mana. Jadi, mereka boleh meninggalkan Citibank, tapi DNA Citibank akan tetap mengikuti mereka," tambah Batara.

Salah satu alumni legendaris Citibank adalah Robby Djohan (alm) yang bergabung di Citi pada tahun 1968, di tahun awal pendirian Citi Indonesia. Lulusan FE Universitas Padjadjaran (Unpad) ini dikenal dengan tangan dinginnya membangun Bank Niaga (kini CIMB Niaga-red).

Robby juga berhasil menyelamatkan Garuda Indonesia di masa-masa krisis setelah perpindahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke BJ Habibie. Hanya dalam waktu enam bulan (Juni-November 1998) Robby berhasil mengeluarkan Garuda dari situasi krisis. Selanjutnya dia ditugaskan menangani restrukturisasi Bank Mandiri.

Alumni lain yang juga dikenal luas di masyarakat adalah Peter F Gontha yang saat ini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Polandia sejak 2014. Peter yang bergabung dengan Citi Indonesia (juga dikenal dengan Citibank-red) pada tahun 1975 dikenal sebagai inisiator Jakarta International Java Jazz Festival sejak 2005. Kini Java Jazz sudah menjadi agenda tahunan festival musik internasional yang berhasil menggaet para pemusik internasional, salah satunya Sting ex The Police, untuk tampil di Jakarta.

Peter juga dikenal sebagai eksekutif yang mempunyai jiwa entrepreneur tangguh. Pria yang waktu remaja pernah nekat ke Belanda tanpa visa ini pernah mendirikan berbagai perusahaan dan juga bekerja dengan berbagai pengusaha besar. Pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2017 dia meraih penghargaan Pelopor Berita Televisi Swasta di Indonesia. Penghargaan diberikan saat peringatan Hari Pers Nasional 2017.

Ia dinilai layak disebut pelopor berita televisi karena saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) diizinkan beroperasi pada 1989, televisi swasta pertama di Indonesia itu hanya dibolehkan menayangkan acara hiburan. Pada masa kontrol terhadap pers sangat ketat di masa Presiden Soeharto dan Menteri Penerangan Harmoko itu, Peter berani menayangkan acara berita. Suatu keberanian yang terbilang langka pada masa itu.

Citibank sendiri masuk ke Indonesia secara resmi pada 14 Juni 1968. Pada masa itu nama yang semula dipakai adalah First National City Bank yang kemudian berubah menjadi Citibank National Association (Citibank NA Indonesia). Di negara asalnya, AS, bank ini didirikan pada 1812 di New York dengan nama City Bank of New York. Setelah berjalan lebih dari 200 tahun, kini jaringan Citi sudah ada di lebih dari 100 negara.

Dari sisi alumni, boleh dibilang Citi Indonesia hampir sama dengan IBM dan Astra, yakni perusahaan-perusahaan yang berhasil menciptakan sumber daya unggulan yang kemudian menyebar ke berbagai perusahaan Indonesia. Langkah ini harus ditiru perusahaan-perusahaan Indonesia lainnya. Sudah benar kalau pada tahun 2019 pemerintah akan mencanangkan tahun pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Sementara untuk sisi inovasi, lanjut Batara, Citi juga sudah melakukan banyak hal, baik dari sisi institusi maupun produk. "Walaupun kami bukan pelopor, tapi kartu kredit Citibank adalah salah satu yang paling banyak memberikan inovasi bagi masyarakat Indonesia," lanjut Batara.

Dia juga menyebut layanan phone banking 24/7, one bill service , dan Citi global transfer di antara berbagai inovasi yang pernah dilakukan Citibank.