Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PM Lee: Perang Dagang Berdampak Negatif ke Singapura

PM Lee: Perang Dagang Berdampak Negatif ke Singapura Kredit Foto: Reuters/Samsul Said
Warta Ekonomi, Singapura -

Singapura sangat rentan terhadap eskalasi sengketa perdagangan antara dua ekonomi utama dunia, Amerika Serikat dan China, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan dalam sebuah opini yang dipublikasikan oleh Washington Post.

Dalam artikelnya berjudul 'Tidak ada yang menginginkan perang dagang', Lee Hsien Loong mengatakan bahwa inisiatif perdagangan yang luas seperti Kemitraan Trans-Pasifik dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional tidak akan mengkompensasi kerusakan yang disebabkan oleh perang dagang bagi sebagian besar negara di wilayah Asia-Pasifik.

“Singapura adalah pusat global yang menghubungkan ekonomi Amerika Serikat dan Asia. Kami adalah ekonomi kecil yang terbuka dengan perdagangan mengalir lebih dari tiga kali PDB kami,” tutur Lee, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (19/4/2018).

"Perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia akan berdampak besar dan negatif terhadap Singapura," ungkapnya.

Dalam eskalasi terbaru pada deretan perdagangan yang melebar, Minggu ini Amerika Serikat mengatakan telah melarang perusahaan-perusahaan Amerika menjual komponen ke pembuat peralatan telekomunikasi China ZTE [000063.SZ] selama tujuh tahun.

China mengumumkan tarif anti dumping yang besar pada impor sorgum AS dan tindakan pada impor karet sintetis dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan Singapura.

Sementara Singapura pekan lalu memperketat kebijakan moneternya untuk pertama kalinya dalam enam tahun, dengan mengatakan ekonominya diperkirakan akan terus tumbuh dengan mantap, dan juga mengakui risiko dari sengketa perdagangan.

Selain dampak ekonomi, Lee mengatakan hubungan yang tegang antara negara adidaya akan mempersulit mereka untuk bekerja sama dalam "masalah mendesak" lainnya seperti program senjata nuklir Korea Utara, keamanan dan perubahan iklim.

"Pada akhirnya, yang dipertaruhkan adalah perang dan perdamaian, dan keamanan dan stabilitas dunia," pungkas Lee.

 

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: