Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Kondisi Rohingya di Bangladesh, Menteri Myanmar 'Ngelus Dada'

Melihat Kondisi Rohingya di Bangladesh, Menteri Myanmar 'Ngelus Dada' Kredit Foto: Reuters/Cathal McNaughton
Warta Ekonomi, Yangon -

Seorang Menteri pemerintah Myanmar menyatakan keprihatinannya pada hari Kamis (19/4/2018) tentang "kondisi yang sangat buruk" di kamp-kamp pengungsi Rohingya di negara tetangga Bangladesh, dan mengatakan repatriasi minoritas Muslim harus dimulai sesegera mungkin karena musim hujan akan datang.

PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan operasi militer Myanmar di barat laut negara itu pada Agustus telah mengirim hampir 700.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Sebagian besar tinggal di bangunan-bangunan kumuh, bambu-dan-plastik yang bertengger di perbukitan di sekitar Cox's Bazar, di Bangladesh bagian selatan.

Para pengungsi Rohingya melarikan diri telah melaporkan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran dalam skala besar. Amerika Serikat dan AS telah menggambarkan penumpasan militer sebagai pembersihan etnis, tuduhan yang dibantah oleh Myanmar.

"Melihat adalah percaya dan kami melihat semua orang di kamp berada dalam kondisi yang sangat buruk," Win Myat Aye selaku Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar mengatakan kepada wartawan di kota utama negara itu, Yangon, setelah kunjungan dua hari ke kamp-kamp dekat Cox's Bazar.

"Hal utama kami adalah memulai proses repatriasi secepatnya karena musim hujan sudah sangat dekat dan kami sangat khawatir bagi mereka yang melarikan diri ke Bangladesh," tuturnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (20/4/2018).

Myanmar mengatakan pada hari Sabtu (14/4/2018) bahwa mereka telah memulangkan keluarga Rohingya yang pertama. Namun, pemerintah Bangladesh dan agen pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang uapay pemulangan semacam itu.

Setelah berbulan-bulan pembicaraan, Myanmar dan Bangladesh setuju pada bulan Januari untuk menyelesaikan repatriasi sukarela para pengungsi dalam waktu dua tahun. Myanmar mendirikan dua pusat penerimaan dan apa yang dikatakannya adalah sebuah kamp sementara di dekat perbatasan untuk menampung para pendatang pertama.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: