Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: BI Harus Hati-Hati Intervensi Rupiah Gunakan Cadev

Ekonom: BI Harus Hati-Hati Intervensi Rupiah Gunakan Cadev Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Lombok -

Bank Indonesia (BI) dinilai perlu hati-hati melakukan intervensi terhadap pelemahan rupiah dengan menggunakan cadangan devisa. Pasalnya, jika berkaca dari apa yang dilakukan Malaysia, pencegahan pelemahan mata uang menggunakan cadangan devisa tidak selamanya berhasil.

Head of Economic and Market Research UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan, Malaysia telah memangkas cadangan devisanya mencapai US$30 miliar. Namun, langkah itu tetap tidak bisa menstabilkan pelemahan ringgit Malaysia terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

"Malaysia kehilangan US$30 miliar, tetap saja currency-nya melemah. Akhirnya, mereka melepas. Kalau tidak, bisa jatuh sampai zero," katanya dalam diskusi "Kondisi Perekonomian Terkini dan Respons Kebijakan BI" di Lombok, NTB, Sabtu (21/4/2018).

Meski begitu, dirinya tidak menampik jika ternyata skema yang sama dilakukan oleh Bank Indonesia. Namun, perlu diingat langkah tersebut harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini karena jumlah cadangan devisa juga penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. 

"Saya juga mau koreksi bahwa bukan saya bilang BI harus intervensi terus-menerus. Karena seperti Malaysia yang enggak intervensi, tapi idenya betul sekali untuk lebih smooth lagi pergerakan mata uang atau pelemahannya. Kita lihat secara struktur kita masih ada sisi neraca transaksi berjalan," jelasnya.

Posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir Maret 2018 mencapai US$126 miliar. Nilai tersebut menyusut sekitar US$2 miliar dibanding posisi akhir Februari yang sebesar US$128,06 miliar. 

Sebagai catatan, nilai cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: