Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Callind, Platform yang Ingin Bantu UMKM

Callind, Platform yang Ingin Bantu UMKM Kredit Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Startup Callind dinilai dapat menjadi sarana promosi dan pemasaran bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Aplikasi itu menggabungkan beragam platform, mulai aplikasi iklan dan jual beli produk, pesan pribadi, forum, dan komunitas.

"Kami sedang dalam proses pengembangan kerja sama dengan beberapa UMKM yang bergerak di sektor retail yang ada di daerah nasional. Harapan kami bisa kerja sama dengan UMKM di seluruh Indonesia," kata founder Callind Novi Wahyuningsih di Jakarta, Sabtu (21/4/2018).

Novi menegaskan bahwa sampai saat ini aplikasi Callind masih terus melakukan pembenahan dan perbaikan sistem serta pengenalan ke publik. Untuk itu, dia berharap saran dan kritik dari masyarakat agar Callind bisa semakin baik.

"Kami menyediakan media komunikasi dengan harapan bisa bermanfaat dan menjadi raja di negeri sendiri," katanya.

Sebagai pemilik aplikasi, Novi berharap aplikasi chat Callind miliknya dapat diterima semua kalangan.

Sekjen Kementerian Kominfo Farida Dwi Cahyarini mewakili Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengapresiasi hadirnya Callind yang mewarnai startup di Indonesia.

"Ada anak muda di Indonesia, apalagi perempuan yang mampu membuat aplikasi yang mampu bersaing di luar negeri. Kami berharap Callind akan terus dikembangkan lagi," harapnya.

Saat ini di Indonesia lebih dari 140 juta orang yang memiliki akses terhadap internet. Hampir sebagian besar pengguna internet di Indonesia menggunakan aplikasi apakah dalam bentuk media sosial, messaging, chat, dan aplikasi lain.

"Banyak aplikasi yang digunakan pengguna internet, apakah itu media sosial, messaging. Mereka menggunakannya berjam-jam," kata Rudiantara.

Pola penggunaan seperti itu dinilai Rudiantara tidak ada salahnya. Namun, ia lebih mengkritisi bahwa pengguna internet di Indonesia lebih banyak menggunakan aplikasi besutan perusahaan luar negeri.

"Tidak ada salahnya. Namun, kalau kita lihat, semua menggunakan aplikasi perusahan intenasional, perusahanan asing. Padahal, banyak aplikasi media sosial, messaging yang dikembangkan anak muda Indonesia," tuturnya.

Rudiantara mendorong agar pengembang aplikasi di Indonesia dapat menyesuaikan aplikasi.

"Tidak bisa dimungkiri bahwa aplikasi internasional menimbulkan kesan yang mudah penggunaannya lebih user friendly. Karenanya, saya mengajak kepada siapa pun yang mengembangkan aplikasi-aplikasi di Indonesia selalu meng-upgrade aplikasinya agar disesuaikan dengan kebutuhan pasar ini," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: