Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Garuda: Elektronifikasi Bikin Operasional Irit

Garuda: Elektronifikasi Bikin Operasional Irit Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia merupakan maskapai pertama di Asia Pasifik yang menggunakan sistem transaksi komoditas elektronik (RFQC) dalam mengelola proses transaksi lindung nilai (hedging) bahan bakar jet. Dengan sistem tersebut, perusahaan dapat mengakses harga dan bertransaksi secara real-time, serta mengurangi risiko operasional yang dapat terjadi di dalam proses transaksi tender manual.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Helmi Imam Satriyono, menyatakan kerja sama ini menjadi tolok ukur baru dalam hal hedging bahan bakar jet di industri penerbangan regional. Semua rekap transaksi akan tersedia secara elektronik pada Bloomberg sehingga memudahkan perusahaan dalam mengumumkan pemenang tender. Peserta tender juga dapat memberikan tawaran harga dan bertransaksi dalam sebuah platform yang adil dan aman.

“Mengingat bahwa bahan bakar mencakup 25%—40% dari biaya operasional Garuda, tentunya mengelola biaya bahan bakar secara proaktif dengan cara hedging akan meningkatkan daya saing perusahaan,” kata Helmi. 

Implementasi teknologi Bloomberg RFQC dalam mengubah proses hedging bahan bakar jet dapat menghemat biaya dan waktu. Dengan bermitra dengan Bloomberg, Garuda dapat memanfaatkan teknologi canggih tersebut untuk mengelola proses tender dengan efisien dan transparan.

Sekadar catatan, pada tahun 2016 lalu beban biaya bahan bakar PT Garuda Indonesia Tbk (GGIA) mencapai US$924,7 juta atau setara 24,6% dari total biaya operasional perusahaan yang mencapai US$3,76 miliar, dengan konsumsi bahan bakar avtur mencapai 2 miliar liter per tahun. Sementara, beban biaya terbesar maskapai penerbangan milik pemerintah ini adalah sewa pesawat, yakni mencapai US$1 miliar atau sekitar 26,9% dari total biaya operasional perusahaan.

Helmi menambahkan, tren kenaikan harga bahan bakar (avtur) selalu diantisipasi oleh perusahaan. Tahun ini, Garuda akan melakukan lindung nilai atau hedging sekitar 25% dari total biaya avtur. Setiap bulannya akan dimonitor, kemudian ditambahkan jumlahnya dan di-hedge minyaknya supaya perusahaan dapat mempertahankan harga. 

Berdasarkan ketentuan, perusahaan diperbolehkan melakukan hedging dengan proporsi maksimal hingga 50% atau sekitar 7,5 million bbl. Dari konsumsi bahan bakar sepanjang 2017 yang diperkirakan mencapai 15 million bbl, sudah mencakup konsumsi bahan bakar Garuda Indonesia dan Citilink. Harga bahan bakar pasar pada tahun 2017 ditargekan 44,27US¢/liter dan aktivitas hedging avtur lewat swap akan dilakukan untuk menjaga ratap-rata harga di kisaran 54,27US¢/liter.

Bloomberg RFQC merupakan platform elektronik bebas biaya komisi untuk transaksi komoditas dan hedging. Platform ini tersedia untuk para pelanggan terminal dan memungkinkan perusahaan untuk menerima dan mencatat harga secara real-time dari peserta tender pilihan, melaksanakan, mengonfirmasi perdagangan, dan mengintegrasikan data transaksi ke dalam sistem treasure, manajemen risiko, dan juga sistem back office.

Dengan adanya RFQC, Garuda bisa melakukan hedging secara real-time dan meminimalisasi risiko operasional yang biasanya terjadi pada proses transaksi hedging secara manual. Ujungnya adalah efisiensi. Untuk itu, sebagaimana data per Oktober 2017, Garuda Indonesia telah melakukan hedging terhadap 4,35 juta bbl. Sementara, persentase konsumsi bahan bakar tahun 2018 telah di-hedging dengan level harga efektif di bawah harga 2017 (lebih murah hingga 4,06 US¢/liter).

Baca Juga: Anggaran Pilkada Serentak di Bali Capai Rp 456,9 Miliar Lebih

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: