Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dirut Pertamina Dicopot: Kerja Tak Becus, Elia Manik Hobinya Malah Mengeluh

Dirut Pertamina Dicopot: Kerja Tak Becus, Elia Manik Hobinya Malah Mengeluh Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Yogyakarta -

Pengamat energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radi mengatakan Direktur Utama PT Pertamina yang baru harus lebih luwes serta menyadari bahwa perusahaan yang ia pimpin tidak sekadar mencari profit namun juga menjalankan penugasan dari pemerintah.

"Dirut baru Pertamina tidak boleh kaku, dia harus menyadari bahwa tugas Pertamina tidak semata-mata mencari profit," kata Fahmy di Yogyakarta.

Fahmy mengatakan selain mencari profit, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis PT Pertamina memang memiliki tanggung jawab menjalankan penugasan pemerintah (Public Services Obligation/PSO) seperti distribusi BBM, penciptaan lapangan pekerjaan, hingga ikut dalam pengendalian inflasi.

"Saya kira ini hal mendasar yang lebih awal harus disadari Dirut Pertamina," kata dia.

Selain itu, lanjut Fahmy, dirut baru Pertamina juga diharapkan tidak mudah mengeluh seperti yang terjadi pada Dirut Pertamina yang baru saja dicopot, Elia Massa Manik. Menurut Fahmy, sebagai dirut Elia tidak mampu melakukan upaya inovatif dan lebih banyak mengeluh dalam menjalankan Program BBM satu harga.

Dikatakannya, meski ditujukan untuk menghindari risiko kerugian, manuver pengurangan pasokan BBM Premium merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan sekaligus pembangkangan Elia dalam menjalankan tugas dari pemerintah untuk mendistribusikan BBM Premium.

Fahmy mengakui saat harga minyak dunia naik, menjual BBM satu harga memiliki potensi kerugian (potential loss) tinggi, namun hal itu tidak sampai menyebabkan keuangan Pertamina merugi sebab Pertamina masih memiliki sumber usaha atau pendapatan-pendapatan yang lain dari hulu hingga hilir yang juga seharusnya dihitung secara komprehensif.

"Elia hanya memperhitungkan secara parsial dalam menjalankan BBM satu harga dan lebih banyak mengeluh sehingga menunjukkan ketidakmampuan dirinya sebagai direktur utama," kata dia.

Ia mengatakan pelaksanaan program BBM satu harga pernah dicontohkan secara baik pada masa kepemimpinan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto. Meski tetap membiayai BBM satu harga, Dwi mampu melakukan upaya-upaya efisiensi serta mengompensasikan dari usaha-usaha yang ada sehingga justru mampu mencetak nilai keuntungan 200 persen.

Oleh sebab itu, menurut Fahmy, seharusnya Pertamina tidak perlu terlalu khawatir dengan potensi kerugian secara berlebihan, apalagi Pemerintah juga telah memberikan fasilitas Blok Mahakam secara gratis sehingga menaikkan aset Pertamina.

"Kenaikan aset itu akan menaikkan pula keuangan pertamina. Apalagi Pertamina diberikan izin melepas 39 persen Blok Mahakam kepada swasta yang artinya akan ada 'fresh money' yang masuk dalam jumlah besar dan itu tidak sebanding dengan nilai kerugian BBM yang dikhawatirkan," kata dia

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: