Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemensos Santuni Korban Gempa Banjarnegara Rp767,2 Juta

Kemensos Santuni Korban Gempa Banjarnegara Rp767,2 Juta Kredit Foto: Kementerian Sosial
Warta Ekonomi, Bandung -

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengatakan Total bantuan untuk korban gempa bumi Banjarnegara sebesar Rp767,2 juta.  

Bantuan tersebut terdiri dari Bantuan Logistik Tanggap Darurat sebesar Rp667.237.736, Santunan Ahli Waris untuk dua orang masing-masing Rp15.000.000, Santunan korban luka-luka sebesar Rp70.000.000 untuk 35 orang. 

Seperti diketahui bencana alam gempa bumi di Banjarnegara terjadi pada Rabu (18/4) pukul 13.28 WIB. Gempa berkekuatan 4,4 SR dengan kedalaman 4 kilometer pada jarak 52 kilometer utara Kebumen. Pusat gempa yang dangkal dengan kondisi tanah gembur mengakibatkan kerusakan cukup parah pada 4 Desa di wilayah Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

"Akibat peristiwa ini dua orang meninggal dunia atas nama Asep (13) dan Nenek Kasri (100), 35 orang luka-luka,"kata Harry dalam keterangan resminya di Bandung, Senin (23/4/2018).

Harry menyebutkan jumlah pengungsi hingga Senin, (23/4/2018), sebanyak 2.125 jiwa/711 KK. Dari jumlah tersebut terdapat 180 balita, 211 anak-anak, 214 lansia. Mereka tersebar di 13 desa tempat pengungsian. Di antaranya Desa Kertosari sebanyak 546 jiwa, Desa Sidakangen sebanyak 470 jiwa, Desa Kasinoman sebanyak 440 jiwa, Kalibening 190 jiwa, dan Plorengan sebanyak 157 jiwa.  

Gempa juga mengakibatkan 194 rumah rusak dengan rincian 86 rumah rusak ringan, 31 rumah rusak sedang, 77 rumah rusak berat. Sementara total kerusakan fasilitas umum 3 sekolah, 3 masjid dan 1 mushalla.

Harry menjelaskan ada tiga upaya penanganan bencana sesuai standar yang dilaksanakan Kementerian Sosial. Pertama, Tahap Prabencana. Pada tahap ini, Kementerian Sosial membangun Sistem Penanggulangan Bencana Bidang Perlindungan Sosial, Menyiapkan sarana dan prasana pendukung, Mengembangkan kapasitas SDM Tagana dan relawan sosial, Membentuk Kampung Siaga Bencana, Membentuk Forum Keserasian Sosial dan Kearifan Lokal, Sosialisasi, simulasi, dan gladi lapangan.

Tahap Kedua adalah pada saat Bencana. Dalam tahap ini Kementerian Sosial mengaktivasi Sistem Penanggulangan Bencana Bidang Perlindungan Sosial, Pengerahan SDM Tagana dan relawan sosial, Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan sosial lainnya, advokasi dan layanan dukungan psikososial.

"Di antaranya mendirikan Dapur Umum Lapangan, pemenuhan kebutuhan logistik pengungsi, dan layanan dukungan psikososial kepada korban terdampak bencana," ungkap Harry.

Sedangkan, tahap ketiga atau tahap pascabencana, yakni pemberian bantuan pemulihan (santunan sosial, jaminan hidup dan bantuan stimulan lainya), advokasi dan layanan dukungan psikososial, dan melaksanakan rujukan.

Sementara itu, seorang anak di pengungsian bernama Nela (13) bersikukuh tetap bersekolah, terlebih lagi mulai hari ini mereka menghadapi ujian sekolah.  

"Hanya saja kami belum berani kembali ke rumah mengambil buku-buku, seragam serta perlengkapan sekolah, karena takut gempa susulan," ujar Nela.

Di tempat yang sama, seorang guru SDN 02 Sidakangen, Ibu Alif (56) yang rumahnya menjadi Posko Dapur Umum TAGANA mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar khususnya bagi siswa kelas 6 yang akan menghadapi ujian tetap dilaksanakan di tenda-tenda darurat di sekitar lingkungan sekolah. 

"Mereka tetap ujian, mereka terus bersemangat sekolah meskipun tanpa seragam," pungkasnya 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: