Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Bersih Astra Agro Merosot 55%, Ini Penyebabnya

Laba Bersih Astra Agro Merosot 55%, Ini Penyebabnya Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada Q1 2018, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) membukukan laba bersih sebesar Rp355,5 miliar, turun 55% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp790,5 miliar. Penurunan laba bersih tersebut terutama disebabkan oleh penurunan harga CPO.

Direktur Keuangan Astra Agro, Mario S. Gultom, menuturkan rerata harga CPO AALI Pada Q1 2017 yakni Rp8.953 per kilogram, sedangkan rerata harga CPO pada Q1 2018 sebesar RP7.855 per kilogram, atau turun sebesar 12,3%. Selain itu, penurunan laba ini tidak terlalu dipengaruhi oleh tindakan diskriminatif terhadap sawit Indonesia oleh Uni Eropa.

"Hubungan dengan Eropa memang ada efeknya, tetapi tidak terlalu besar, tidak sampai membuat market share kita mati," ungkap Mario di Workshop Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Menurut Mario, pasalnya, ekspor utama CPO Indonesia yakni ke China, Asia, dan India. Terlebih, Eropa memproduksi minyak biji bunga matahari (sunflower oil). Jadi, perlakuan diskriminatif Uni Eropa terhadap sawit berkaitan dengan perang dagang.

Apalagi, dengan rendahnya harga CPO, Indonesia tetap memberlakukan pajak ekspor untuk CPO. Padahal Malaysia menurunkan pajak ekspor CPO mereka hingga 0%. Itulah yang membuat AALI kelimpungan.

Saat ini, tim AALI bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencoba mencari market baru. AALI dan tim sudah ke Eropa, Afrika, dan Timur Tengah, untuk menyosialisasikan agar mereka memakai minyak sawit.

Di samping itu, menurut Mario, AALI kekurangan tenaga kerja untuk memanen sawit. Pasalnya, kini, orang yang berminat kerja di perkebunan sudah langka. Bahkan, pemanen-pemanen di perkebunan AALI tidak mengingnkan anak-anak mereka menjadi pemanen.

Untuk proyeksi Q2, AALI akan menaikkan produksi.

"Bila produksi naik, biasanya, harga akan turun. Kami belum tahu apakah akan ada kenaikan harga. Kami berharap harga di Q2 masih seperti sekarang, yakni sekitar Rp7.700 hingga Rp7.800 per kilogram," ujar Mario.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: