Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wali Kota Semarang Targetkan 2020 Sudah Tak Ada Lagi Rumah Tidak Layak Huni di Wilayahnya

Wali Kota Semarang Targetkan 2020 Sudah Tak Ada Lagi Rumah Tidak Layak Huni di Wilayahnya Kredit Foto: Kementerian PUPR
Warta Ekonomi, Semarang -

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan sekarang ini masih ada 10.941 rumah tidak layak huni di wilayah itu.

"Hingga 2017, terhitung telah ada 2.860 rumah tidak layak huni di Semarang yang sudah direhab menjadi lebih baik, tetapi masih ada 10.941 rumah tidak layak huni," katanya di Semarang, Jumat.

Politikus PDI Perjuangan itu mengaku prihatin dengan masih tingginya angka rumah tidak layak huni di Ibu Kota Jawa Tengah tersebut yang dikenal sebagai kota metropolitan.

Faktanya, kata dia, di Kota Semarang yang dikenal sebagai kota metropolitan ternyata masih ada lebih dari 10 ribu rumah kondisinya tidak layak huni yang membuat prihatin.

"Maka dari itu, komitmen saya dari tahun ke tahun jumlah rumah tidak layak huni yang direhabilitasi harus terus ditambah. Pada 2020, kami target sudah tidak ada lagi rumah tidak layak huni," tegasnya.

Hendi, sapaan akrab orang nomor satu di Kota Semarang itu menargetkan setidaknya 4.295 rumah tidak layak huni di Kota Semarang akan direhabilitasi selama dua tahun, yakni 2018 dan 2019.

Ia menyebutkan pada 2011 tercatat hanya 204 rumah tidak layak huni yang direhabilitasi dalam setahun, kemudian bertambah menjadi 1.162 rumah tidak layak huni yang direhabilitasi pada 2017.

"Rehabilitasi rumah ini penting untuk mendorong terciptanya lingkungan tempat tinggal warga yang sehat. Walaupun angka harapan hidup Kota Semarang sudah tertinggi, masih banyak pekerjaan rumah (PR)," katanya.

Angka harapan hidup di Kota Semarang, kata dia, sebesar 77,21 tahun berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tertinggi dibandingkan daerah-daerah lain, seperti Yogyakarta, Denpasar, dan Bandung.

Mengenai program rehabilitasi rumah tidak layak huni, kata dia, menjadi bagian dari program besar penanganan wilayah kumuh di Kota Semarang, selain program kampung tematik, peningkatan infrastruktur, dan program "kaki kering".

Untuk program "kaki kering", kata dia, sekarang ini masih fokus melakukan penanganan banjir, khususnya di wilayah timur Semarang, seperti Kemijen yang berdekatan dengan Sungai Banger.

"Kemijen ini kan bantarannya Sungai Banger. Ketika Sungai Banger sudah ditutup, ternyata warga masih menyampaikan beberapa kali terdampak banjir. Ini akan terus dievaluasi," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: