Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

300 Mahasiswa Ambon Bertekad Lawan Hoax

300 Mahasiswa Ambon Bertekad Lawan Hoax Kredit Foto: Antara/Seno
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekitar 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Ambon, Jumat, bertekad melawan penyebaran berita palsu atau "hoax" yang beredar luas di internet dan media sosial.

Tekad tersebut ditunjukkan para mahasiswa ketika mengikuti acara "Tempo Goes to Campus" yang diadakan oleh Tempo Institute di Aula Rektorat Universitas Pattimura (Unpatti).

Mereka beramai-ramai memberikan cap tangan di atas kain putih bertuliskan "Melawan Hoax", sebagai bentuk dukungan dan janji untuk melawan penyebaran berbagai informasi palsu di internet dan media sosial, usai mendapatkan berbagai pengetahuan mengenai berita palsu.

"Sangat bermanfaat dan berharga. Kita sudah sering mendapatkan informasi tentang hoax dari televisi, tapi baru kali ini bisa terlibat langsung, informasi yang didapat lebih banyak," kata Alisha Savira Thalib dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpatti.

Tempo Goes to Campus diadakan oleh Tempo Institute yang bernaung di bawah Tempo Media Group. Melalui kegiatan tersebut, Tempo membuka rahasia dapurnya kepada mahasiswa di 11 kota di Indonesia, yakni Cilegon, Manado, Palu, Halmahera, Ambon, Bandung, Aceh, Batam, Pontianak, Makassar dan Cimahi.

Acara literasi digital itu juga melibatkan tim Siberkreasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang membagikan pengetahuan tentang Internet Sehat, dan cara menggunakan aplikasi cek dan fakta oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).

"Tempo Goes to Campus ini menggunakan tagar #MelawanKabarKibul. Di sini mahasiswa belajar bagaimana cara menangkal hoax dari sisi jurnalistik, internet sehat dan bagaimana menggunakan tools cek dan fakta," kata Sherlina Eoudia, Ketua Panitia Tempo Goes to Campus.

Dikatakannya, aplikasi nyata dari Tempo Goes to Campus adalah setelah mendapatkan pengetahuan seputar literasi digital, mahasiswa diharuskan menyusun ide program Lawan Kabar Kibul dan mempresentasikannya bersama tim.

Program yang lolos seleksi akan dipresentasikan ulang di kegiatan Tempo Media Week 2018 di Jakarta.

Walikota Ambon Richard Louhenapessy saat membuka acara Tempo Goes to Campus, menyerukah kepada mahasiswa di kotanya agar bisa menjadi pilar utama, juga promotor bagi para pelajar dan generasi muda lainnya untuk memahami informasi secara baik dan benar sebelum diteruskan kepada pihak lain.

Ia berharap mereka mampu mengendalikan diri untuk tidak menyatakan ujaran kebencian, kabar kibul atau hoax, baik secara lisan maupun via media sosial.

"Rata-rata kabar kibul atau hoax justru lebih banyak disebarkan oleh kalangan berpendidikan, karena merekalah yang menguasai teknologi dan lebih cepat mengakses sumber-sumber informasi," katanya.

Ambon, kata Walikota lagi, pernah mengalami konflik sosial yang menyedihkan. Saat itu, masyarakat telah kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparat keamanan. Akar persoalan yang memicu konflik hingga saat ini pun sulit ditelusuri.

Karena itu, Tempo Goes to Campus dinilai sangat penting untuk memberikan pemahaman dan pencerahan kepada generasi muda bangsa, untuk dapat memposisikan dirinya dan mampu membedakan fakta dan berita kibul.

"Ibarat benang kusut, sulit sekali dikendalikan karena peran provokator dengan berbagai isu yang provokatif. Setelah konflik berlalu, kita baru menyadari bahwa hoaxlah yang telah meluluh-lantakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat," ucap Walikota Richard.

Menyambung ucapan Walikota Richard, Semuel Toding dari Siberkreasi Ambon dan Paparisa Ambon Bergerak mengatakan literasi digital merupakan salah satu kegiatan untuk meminimalisir penyebaran berita-berita hoax yang marak terjadi di media sosial, tidak terkecuali Kota Ambon.

"Di Ambon Bergerak, kami juga membuat grup khusus di laman Facebook, yang bertugas mengklarifikasi informasi yang berkaitan dengan isu SARA dan beredar di masyarakat, namanya Filter Info," ujarnya.

Menurut Direktur Tempo Institute Mardiyah Chamim, revolusi digital memiliki wajah buruk. Tak sedikit informasi palsu maupun ujaran kebencian menyebar di berbagai platform media sosial.

Laporan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan, pada tahun lalu ada sekitar 800 ribu situs penyebar berita palsu dan ujaran kebencian.

Karena itu, Tempo Goes to Campus, sebutnya, dirancang agar mahasiswa memahami kerja-kerja jurnalistik yang berkualitas dan bersama-sama melawan kabar kibul.

Mereka juga akan mempelajari bagaimana para jurnalis Tempo mengumpulkan hasil pembuktiannya di lapangan dan menyatukan mozaik liputan menjadi sebuah cerita yang runut dan mudah dipahami oleh masyarakat.

"Masyarakat dituntut untuk cerdas bermedia sosial, termasuk bagaimana menyaring berita sesuai fakta. Kegiatan ini diadakan agar mahasiswa terlatih menulis kreatif berdasarkan fakta dan cerdas dalam bermedia sosial," kata Mardiah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Gito Adiputro Wiratno

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: