Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indo Premier Sayangkan Adanya Mispersepsi pada Produk ETF

Indo Premier Sayangkan Adanya Mispersepsi pada Produk ETF Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indo Premier Sekuritas (Indo Premier) terus berusaha menggenjot produk Exchange Trade Fund (ETF) miliknya. Namun, hingga akhir April 2018 total dana kelolaan 16 ETF Indo Premier sebagai dealer partisipan baru sebesar Rp6,45 triliun. Dari jumlah tersebut, senilai Rp5,37 triliun merupakan dana kelolaan dari 15 ETF saham. 

Direktur Indo Premier Sekuritas Noviono Darmosusilo mengungkapkan bahwa dirinya sangat menyayangkan jika di kalangan investor masih ada mispersepsi seolah-olah ETF itu tidak likuid.

"Kenyataannya, malah ETF itu reksa dana yang paling likuid," katanya di Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Menurutnya, mispersepsi investor institusi terkait likuiditas ini terjadi karena mungkin investor belum melihat dan menyadari likuiditas ETF yang ada di pasar primer (primary market). ETF Premier IDX30 dengan kode XIIT contohnya, melakukan investasi pada saham-saham pada Indeks IDX30 yang memiliki kapitalisasi pasar sekitar 60% dari nilai total kapitalisasi pasar dengan nilai mencapai tidak kurang dari Rp3.800 triliun saat ini. 

Hal ini berbeda sekali dengan likuiditas ETF di pasar sekunder atau secondary market yang hanya sebatas nilai kapitalisasi unit ETF yang sudah dikreasi (nilai kapitalisasi pasar unit XIIT di Pasar Sekunder berkisar Rp2,5 triliun).

"Transaksi ETF di pasar primer sangat likuid karena di situlah likuiditas ETF sesungguhnya," ucapnya.  

Ia mengungkapkan bahwa ETF sebagai instrumen investasi reksa dana memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan reksa dana konvensional seperti likuiditas ETF tersedia sepanjang perdangangan bursa, fleksibel dapat dilakukan subscriptiorvredemption setiap saat sepanjang perdagangan bursa. 

Selain itu, ETF juga transparan dengan menampilkan seluruh informasi saham-saham underlying ETF dan komponen kas, biaya transaksi tidak dibebankan kolektif, tapi hanya ditanggung oleh masing-masing investor. Lalu, pengawasannya juga berlapis oleh OJK, BEI, dan dealer partisipan. 

"Dengan bermacam keunggulan ETF ini, sudah sepantasnya investor berlomba berinvestasi di ETF," tandasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: