Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menstabilkan Harga Kebutuhan Pokok Jelang Ramadan

Menstabilkan Harga Kebutuhan Pokok Jelang Ramadan Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Palembang -

Harga sejumlah kebutuhan pokok cenderung mengalami kenaikan menjelang Ramadan hingga Idul Fitri yang pergerakannya mulai terasa pada satu bulan sebelumnya.

Pemerintah berupaya meredamnya dengan harapan harga tetap terjangkau, wajar, dan tidak memberatkan masyarakat. Salah satu yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, yakni menurunkan tim stabilisasi dan pengendalian harga bahan pokok ke sejumlah pasar tradisional dan modern di seluruh Tanah Air.

Irjen Perdagangan Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan tim stabilisasi itu akan mengawal langsung pergerakan harga di 34 provinsi di Tanah Air seperti halnya yang dilakukan pada tahun lalu. Seluruh jajaran eselon pertama di Kementerian Perdagangan blusukan ke lapangan untuk memantau pergerakan harga dan ketersediaan stok menjelang Ramadan.

Dengan melihat langsung kondisi harga, diharapkan kebijakan yang dikeluarkan kementerian dapat tepat sasaran dan cepat. Selama tiga tahun terakhir, Srie Agustina kebagian memantau wilayah Sumatera Selatan. Dalam pemantauan ini, tim stabilisasi dan pengendalian harga mengecek pasokan dan harga kebutuhan pokok di Pasar KM 5, Pasar Cinde, Pasar Lemabang, dan Pasar 16 Ilir yang merupakan barometer dari harga bahan pokok di kota itu.

Selain memantau pasar tradisional, Srie juga mendatangi Gudang Bulog dan sejumlah gudang distributor kebutuhan pokok untuk memastikan kesediaan stok menyambut Ramadan dan Lebaran. Salah satu yang ditekankan Kemendag yakni bagaimana caranya agar harga kebutuhan pokok di pasaran sesuai HET (harga eceran tertinggi) atau jika naik hanya sekitar 2,0 persen dari harga normal.

Berdasarkan hasil pantauan di empat pasar tradisional di Kota Palembang, harga bahan pokok masih dalam kondisi wajar. Harga gula dan minyak goreng masih sesuai HET, baik di pasar tradisional maupun modern, begitu pula dengan telur, yakni Rp22.000 per kg. Sementara harga daging ayam yang sebelumnya melonjak, saat ini mulai bergerak turun di kisaran Rp36.000 sampai Rp37.000 per kg dari harga normal sekitar Rp35.000 per kg.

Menanggapi adanya pergerakan harga ini, Srie Agustina meminta pedagang ritel modern berperan aktif membantu pemerintah menstabilkan harga. Ia mengatakan langkah tersebut bisa dilakukan Transmart karena sudah menyetok barang sejak beberapa pekan lalu.

"Kami minta harga tetap, jangan dinaikkan. Misalkan biasa jual telur Rp19.800, jual juga dengan harga seperti itu. Begitu juga dengan daging, ayam, dan lainnya," kata dia.

Ia mengatakan jika hal itu dilakukan maka pemerintah sangat terbantu dalam upaya menstabilan harga. Masyarakat juga akan tertarik berbelanja ke pasar modern karena harganya stabil dan lebih murah. Jika hal itu dilakukan di pasar modern maka sejatinya sama saja dengan melakukan operasi pasar karena harga kebutuhan pokok dijual di bawah harga pasar tradisional.

Berdasarkan pantauan di Transmart Carrefour diketahui harga telur ayam dipatok dengan harga Rp19.800 per kg atau jauh dari harga pasar Rp22.000 per kg. Demikian juga dengan daging ayam potong beku dengan harga Rp25.900 per kg sementara di pasar tradisional sudah menembus Rp35.000 per kg, dan daging sapi dengan harga Rp112.500 per kg, sementara di pasar tradisional stabil di kisaran Rp125.000 per kg.

Manajer Transmart Carrefour Palembang Cekly Anggoro Raras mengatakan perusahaannya akan mengupayakan permintaan pemerintah tersebut karena dengan harga yang lebih murah maka akan meningkatkan daya saing Transmart. Untuk daging sapi, pihaknya sudah menyetok dua ton, begitu pula dengan daging ayam tapi sebanyak daging sapi impor.

Sementara untuk minyak goreng, perusahaannya menyiasati dengan membeli minyak curah kemudian dikemas sehingga harga menjadi lebih murah. Kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadan dan Lebaran menjadi keniscayaan di negeri ini. Kondisi ini bisa makin kritis jika ada komponen kebutuhan pokok mengalami pengurangan stok di pasaran, seperti yang terjadi pada tahun lalu terhadap bawang putih.

Pada 2017, harga bawang putih melambung hingga Rp80 ribu per kilogram karena berkurangnya pasokan impor dari Tiongkok. Terkait dengan pengalaman ini, Kemendag telah mendatangkan 400 kontainer bawang putih untuk meredam lonjakan harga.

Distributor bawang putih di Palembang, Fernandes, mengatakan harga bawang putih saat ini relatif turun di kisaran Rp17.000 per kg. Selain itu, pasokan relatif lancar dari Surabaya. Saat ini, stok bawang putih yang ada di Palembang sekitar 400 ton.

"Saya rasa ini cukup karena kebutuhan per hari sekitar 30 ton, apalagi dipastikan ada pasokan tambahan yang baru-baru ini didatangkan pemerintah," kata dia.

Cabai Merah

Harga kebutuhan pokok yang saat ini menjadi sorotan, yakni cabai merah karena di sejumlah pasar tradisional Kota Palembang mulai bergerak naik sejak awal pekan ini, pengaruh berkurangnya pasokan yang disebabkan cuaca hujan.

Harga cabai biasanya Rp28.000 menjadi sekitar Rp32.000-Rp35.000 per kilogram. Demikian pula dengan cabai rawit yang biasanya dijual dengan harga Rp30.000 per kilogram naik menjadi Rp34.000 per kilogram. Suharti, pedagang cabai di Pasar Kenten Sako, menerangkan harga cabai dan bawang itu sudah berangsur naik selama sepekan terakhir. Harga bawang merah dan bawang putih biasanya dijual Rp28.000 hingga Rp30.000 per kilogram, kini sudah berkisar Rp32.000 hingga Rp35.000 per kilogram.

Ia menyebut adanya kenaikan sekitar 2.000 hingga 5.000 per kilogram itu, karena memang dari agennya secara langsung, sedangkan dirinya hanya mengikuti harga pasaran. Sama halnya di Pasar KM 5 Palembang, harga cabai dan bawang pun mengalami kenaikan yang serupa.

Ayusita, pedagang cabai, mengatakan mulai ada kenaikan harga tapi pergerakannya lambat, sedangkan harga sayuran yang lain masih normal.

"Hanya cabai dan bawang yang naik. Pasokan cabai dan bawang cukup banyak, seperti biasanya," ujar dia.

Tak hanya cabai dan bawang, harga ayam potong di pasar tradisional juga mengalami kenaikan. Biasanya harga ayam potong dijual mulai Rp28.000 hingga Rp32.000 per kilogramnya. Namun sejak satu minggu belakangan, harga ayam menjadi Rp34.000 per kilogramnya.

"Harga daging ayam memang naik. Naik sekitar Rp2.000 per kilogramnya. Tapi untuk daging sapi masih sama, harga tidak berubah masih sekitar Rp110.000 hingga Rp120.000 sesuai dengan bagian potong sapi," kata Wahyu, pedagang daging di Pasar KM5 Palembang.

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel Yustianus mengatakan untuk kondisi saat ini memang terjadi lonjakan harga sembako, terutama cabai merah dan bawang. Kenaikan harga itu dipengaruhi cuaca hujan yang membuat barang tidak bertahan lama. Untuk itu, pemprov akan menambah pasokan bawang Padang, begitu pun cabai dalam waktu dekat. Selain itu, hal yang menjadi perhatian pihaknya pada saat Ramadan adalah lima bahan pokok, yakni beras, gula, ayam, minyak sayur, dan sapi.

Khusus daging sapi, pihaknya akan meminta tambahan stok berupa daging beku impor dari Kementerian Perdagangan.

"Kami akan ajukan waktu dekat, tapi untuk berapa banyak belum tahu sebab masih minta data kebutuhan dari kabupaten kota. Sejauh ini berdasar catatan kita kebutuhan daging tiga ton per hari," kata dia.

Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan mulai bergerak untuk mengantisipasi kenaikan harga barang menjelang Ramadan ini dengan meningkatkan koordinasi antarpemangku kepentingan.

Ketua TPID Sumsel sekaligus Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Selatan Rudy Hairudin mengatakan sejak pekan lalu dilakukan pemantauan langsung ke lapangan untuk memastikan ketersediaan pasokan. Rencananya BI bersama-sama dengan pemerintah provinsi memantau langsung ketersediaan beras di sentra produksi untuk mengetahui apakah benar-benar cukup untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran. Demikian juga, pemantauan dilakukan untuk kebutuhan lain, seperti cabai, bawang, dan telur.

Rudy mengatakan kenaikan harga menjelang Ramadan dan Lebaran merupakan suatu keniscayaan. Hanya saja, pemerintah bermaksud menekan inflasi agar kebutuhan pokok tetap terjangkau masyarakat. Untuk itu, ketersediaan pasokan dan kelancaran alur distribusi menjadi sangat menentukan mengingat kabupaten/kota di Sumsel terbilang masih tergantung satu sama lain.

Terdapat empat komoditas yang terus menjadi penyumbang inflasi sejak awal tahun, yakni cabai, bawang merah dan bawah putih, daging ayam dan daging sapi.

"Di Sumsel ini belum ada suatu wilayah yang mandiri, hampir semuanya saling membutuhkan. Artinya, rantai distribusi sangat menentukan," ujar dia.

Kestabilan harga merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah pemerintah melakukan antisipasi diharapkan dapat menciptakan kestabilan harga sehingga masyarakat tidak lagi menjerit karena melambungnya harga kebutuhan pokok setiap menjelang Ramadan dan Hari Raya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: